Muhyiddin awalnya bersikeras dia masih mendapat dukungan mayoritas dan akan membuktikannya di Parlemen bulan depan. Tetapi dalam putaran balik pada Jumat (13/8), dia mengakui bahwa dia mungkin telah kehilangan dukungan mayoritas di Parlemen dan dia mencari dukungan dari partai-partai oposisi untuk menjaga pemerintahannya agar tidak runtuh.
Muhyiddin berjanji untuk mengadakan pemilihan umum pada Juli mendatang. Dia juga menawarkan sejumlah keuntungan, termasuk proposal untuk membatasi masa jabatannya, memperkuat pengawasan dan keseimbangan dan menawarkan peran menteri senior kepada Pemimpin Oposisi sebagai imbalan atas dukungan mereka. Tapi semua partai oposisi telah menolak pohon zaitun, menyebutnya suap terbuka dan menuntut Muhyiddin mengundurkan diri.
“Pemerintah koalisinya telah kehilangan muka. Kemungkinan besar Muhyiddin akan mengundurkan diri tetapi tidak jelas siapa yang akan mengambil alih dan kapan,” kata Bridget Welsh dari Universitas Nottingham Malaysia, seorang ahli politik Asia Tenggara.
Muhyiddin dapat menyarankan Raja untuk membubarkan Parlemen dan menyerukan pemilihan awal, tetapi ini bukan pilihan yang bisa dilakukan karena infeksi Covid-19 harian menembus angka 20.000.
Raja dapat memutuskan pemimpin baru, tetapi saat ini, tidak ada koalisi yang dapat mengklaim mayoritas. Aliansi tiga partai, yang merupakan blok oposisi terbesar, telah mencalonkan pemimpinnya, Anwar Ibrahim, sebagai calon perdana menteri. Tetapi blok tersebut memiliki kurang dari 90 anggota, kurang dari 112 yang dibutuhkan untuk mayoritas sederhana. Itu juga kurang dari 100 politisi yang diyakini mendukung Muhyiddin.
(Susi Susanti)