Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Frustrasi dan Ketakutan Selimuti Sekutu AS di Afghanistan

Agregasi VOA , Jurnalis-Kamis, 19 Agustus 2021 |05:02 WIB
Frustrasi dan Ketakutan Selimuti Sekutu AS di Afghanistan
Spanyol mengevakuasi warganya dan penduduk Afghanistan dengan pesawat militer dari Bandara Internasional Hamid Karzai, Kabul, Afghanistan, 18 Agustus 2021. (Foto: Reuters)
A
A
A

KABUL - Sekutu-sekutu NATO Amerika Serikat (AS) kini berlomba-lomba mengevakuasi warga negara mereka dari Afghanistan di tengah-tengah penarikan pasukan militer AS dari negara itu dan ambruknya pemerintah Afghanistan.

Banyak pejabat Eropa telah menyuarakan kekhawatiran bahwa pengambilalihan oleh Taliban akan meningkatkan risiko terorisme dan memicu banjir pengungsi ke Eropa.

BACA JUGA: Penarikan Mundur Pasukan AS Kacau, Tekanan Terhadap Biden Memuncak 

Inggris dan sekutu NATO lainnya mulai mengevakuasi warga negara mereka dari Afghanistan, Minggu (15/8/2021), bersama ratusan warga Afghanistan yang bekerja sama dengan mereka.

Prancis, Jerman, Spanyol, dan Italia juga mengoperasikan penerbangan evakuasi setelah pasukan Amerika berhasil meraih kembali kendali atas bandara pada Senin (16/8/2021), menyusul kekacauan selama akhir minggu.

Beberapa negara Eropa akan segera memberlakukan program suaka darurat mereka untuk penerjemah dan warga Afghanistan lain yang bekerja untuk pasukan NATO dan sipil selama dua dekade terakhir. Mereka kini dinilai terancam pembalasan Taliban.

BACA JUGA: Jasad Manusia Ditemukan di Roda Pesawat, Diduga Warga Afghanistan yang Hendak Kabur

Beberapa sekutu bergabung dengan invasi pimpinan Amerika ke Afghanistan pada 2001. NATO mengendalikan Pasukan Bantuan Keamanan Internasional di Afghanistan pada 2003, dan memimpin program pelatihan dari pasukan Afghanistan setelah 2014. Selain 2.448 tentara Amerika yang tewas di Afghanistan, negara anggota NATO lain juga kehilangan ratusan pasukan dalam dua dekade konflik di negara itu.

Dalam sebuah konferensi pers Selasa (17/8/2021), Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menuduh kepemimpinan politik negara itu yang menyerah begitu saja pada Taliban.

"Apa yang kita saksikan dalam beberapa minggu terakhir adalah keambrukan militer dan politik pada laju yang tidak bisa diantisipasi. Sebagian dari pasukan keamanan Afghanistan bertempur secara berani, tetapi mereka tidak berhasil mengamankan negara itu karena pada akhirnya, kepemimpinan politik Afghanistan gagal melawan Taliban dan mencapai sebuah solusi damai yang diinginkan oleh rakyat Afghanistan," kata kata Stoltenberg kepada para wartawan di markas besar NATO di Brussels.

"Kegagalan dari kepemimpinan Afghanistan ini mengakibatkan tragedi yang kita saksikan hari ini,” lanjutnya.

Kegagalan untuk membangun sebuah negara demokratik di Afghanistan bisa berdampak lebih besar untuk NATO, kata Natasha Linstaedt, seorang analis kebijakan luar negeri AS di University of Essex, Inggris.

“Saya rasa NATO harus kembali ke tujuan yang lebih terbatas, atau berusaha mempertahankan stabilitas dan menangkal ketimbang terlibat dalam intervensi besar seperti ini,” katanya kepada VOA.

(Rahman Asmardika)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement