Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah Veteran Perang Dilepas Tentara Belanda Berkat Kartu Pelajar

Tim Okezone , Jurnalis-Jum'at, 20 Agustus 2021 |07:01 WIB
 Kisah Veteran Perang Dilepas Tentara Belanda Berkat Kartu Pelajar
Veteran perang, Edi B Somad (foto: Dokumen Okezone.com)
A
A
A

Edi Somad yang pandai berbahasa Belanda, menyamar jadi pedagang jeruk untuk kemudian bersiasat merampas bedil tentara Belanda. Di Bagian II (kedua) ini, Edi mengisahkan bagaimana dirinya sempat diinterogasi tentara Belanda.

“Medio 1947 itu, saya lupa bulannya, pernah dikirim ke Bogor untuk misi merampas senjata. Beberapa waktu setelah menyamar, saya sempat kena razia tentara Belanda di Bogor, pas lagi tidur di asrama yang disediakan seseorang yang namanya Pak Toha,” kenang Edi kepada Okezone saat wawancara beberapa waktu lalu.

Pria berumur itu kemudian dibawa sebuah truk ke daerah bernama Cilendek, dekat Semplak, Bogor. Tiga hari lamanya dia ditahan dan diinterogasi perwira Belanda ‘totok’ yang diingatnya bernama Letnan Leo dan Hendrick, seorang pribumi yang ikut pasukan NICA (Nederlands Indie Civil Administratie).

“Ye ben extrimist? War Ye huis? Ditanya begitu pakai bahasa Belanda sama Letnan Leo itu yang artinya apa kamu ekstremis (pejuang)? Saya jawab pakai bahasa Belanda juga. ‘Nei meneer. Ik ben orange trader, meneer’ (Bukan tuan. Saya pedagang jeruk, tuan),” sambung pejuang kelahiran Kemayoran 1928 itu.

“Naturlijk (benar)? Tanya dia. Naturlijk, meneer (Benar, tuan) saja jawab begitu. Besoknya saya diiterogasi sama NICA kulit hitam namanya Hendrick. Saya disuruh mengaku sebagai ekstremis dengan cara yang lebih kasar. Kerah baju saja diangkat, ditodongin senjata jidat saya,” imbuhnya.

“Saya pasang (peluru di kepala) kamu ya! Gitu katanya. Saya tetap jawab tidak, saya bukan ekstremis. Habis itu saya dilempar ke lantai. Sementara itu ada orang lain yang juga ditahan tapi enggak bisa ngomong (bahasa) Belanda, dihantam popor (senapan) kepalanya. Disiksa segala macam,” kenangnya lagi seraya matanya mulai berkaca-kaca.

Di hari ketiga, Edi kembali diiterogasi Letnan Leo. Seraya masih ditanya hal yang sama, seluruh pakaiannya diperiksa dan kemudian ditemukanlah kartu pelajar HIS di salah satu saku pakaiannya.

“Pas dilihat kartu sekolah HIS saya itu, kengototannya baru mencair. Saya akhirnya dibolehkan pulang setelah tiga hari ditahan. Tapi sebelumnya, saya minta surat jalan untuk pulang. Karena kan di mana-mana banyak Belanda,” tuturnya lagi.

“Saya pulang ke Cikampek dari Bogor dari gerobak kereta (kereta barang). Di setiap stasiun yang dilewati, diperiksa tentara NICA. Wah, itu mereka ganas-ganas banget dah. Kalau lihat orang pakai pin merah putih, disuruh telan itu pinnya. Kalau enggak mau, dihantam popor kepalanya,” tambah Edi.

Sementara Edi Somad, selamat sepanjang perjalanan berbekal surat jalan tadi. Setibanya di Cikampek, Edi melapor dan kembali bergabung ke induk pasukan Siliwangi. (din)

(Rani Hardjanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement