"Maksud saya lebih banyak hal untuk dikerjakan, bahwa ada peluang dan tantangan bersama serta kepentingan bersama yang berkomitmen untuk terus dieksplorasi oleh kedua menteri,” terangnya.
“Memastikan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka adalah kepentingan bersama antara Amerika Serikat dan Eropa, dan kami akan melanjutkan kemitraan erat kami dengan NATO, UE, dan mitra lainnya dalam upaya semacam itu,” lanjutnya.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional, Emily Horne mengatakan Gedung Putih telah melakukan kontak dengan pemerintah Prancis mengenai keputusan untuk memanggil kembali utusannya ke Washington untuk konsultasi di Paris.
“Kami memahami posisi mereka dan akan terus terlibat dalam beberapa hari mendatang untuk menyelesaikan perbedaan diantara kami, seperti yang telah kami lakukan di poin lainnya selama aliansi panjang kami. Prancis adalah sekutu tertua kami dan salah satu mitra terkuat kami, dan kami berbagi sejarah panjang terkait nilai-nilai demokrasi bersama dan komitmen untuk bekerja sama menghadapi tantangan global,” ungkapnya.
Upaya untuk menyediakan Australia kapal selam bertenaga nuklir -- sebuah langkah besar untuk melawan China ketika Presiden AS Joe Biden bekerja untuk membangun dukungan internasional untuk pendekatannya ke Beijing -- adalah bagian dari kemitraan trilateral baru antara Amerika Serikat, Australia dan Inggris, dijuluki "AUKUS."
Prancis akan kehilangan setara dengan USD65 miliar (Rp797 triliun) dari kesepakatan yang ada untuk menyediakan Australia kapal selam konvensional bertenaga diesel.
Kesepakatan yang dibatalkan dengan Prancis, pengekspor senjata global utama, diperkirakan akan membuat dampak ekonomi yang signifikan pada sektor pertahanan Prancis. Prancis juga akan kalah secara strategis di Indo-Pasifik, di mana negara itu memiliki kepentingan yang signifikan.
Pada Kamis (26/9), setelah kesepakatan kapal selam bertenaga nuklir dengan AS dan Inggris diumumkan, Australia secara resmi mengumumkan akan menarik diri dari kontrak sebelumnya untuk kapal selam konvensional dengan Prancis.
Kesepakatan dengan Paris telah berjalan selama bertahun-tahun. Australia sebelumnya berencana untuk mengakuisisi 12 kapal selam kelas serang konvensional dari Naval Group pembuat kapal Prancis, yang berhasil mengalahkan tawaran Jerman dan Jepang yang bersaing pada 2016.
Para pejabat AS pada Jumat (17/9) membela kesepakatan itu, dan baik Amerika maupun Australia telah mengindikasikan bahwa pemerintah Prancis tidak dibutakan oleh pengingkaran kontrak asli, dengan mengatakan para pejabat tinggi Prancis telah mengetahui keputusan tersebut oleh pemerintah Australia.
Seorang pejabat senior administrasi juga mengatakan para pejabat tinggi Amerika telah berkomunikasi dengan rekan-rekan mereka di Prancis tentang perjanjian baru sebelum dan sesudah diumumkan. "Saya akan menyerahkan kepada mitra Australia kami untuk menjelaskan mengapa mereka mencari teknologi baru ini," tambah pejabat itu.
Pada Kamis (16/9) dalam konferensi persnya, Menteri Pertahanan Australia, Peter Dutton mengatakan bahwa keputusan untuk memilih kapal selam bertenaga nuklir Amerika dibandingkan kapal selam diesel konvensional Prancis didasarkan pada apa yang terbaik untuk kepentingan keamanan nasional.
(Susi Susanti)