Sementara di tingkat nasional digawangi Harian Rakyat dengan Njoto sebagai pimpinan redaksinya. Di Jawa Timur, media massa yang berafiliasi dengan PKI memakai jasa percetakan kecil. Sebab percetakan besar dikuasai pemerintah dan ditempatkan di bawah kendali Pelaksana Penguasa Perang Daerah (Papelrada). Di kalangan rakyat kecil yang menjadi basis massanya. Gaya penulisan media PKI yang lugas, tajam sekaligus menohok, relatif disukai.
Gaya jurnalisme media massa PKI selalu agitatif, dengan kalimat sloganisme yang kasar. Kata "Ganyang", "Kabir" (Kapitalis Birokrat), "Setan Desa", "Setan Kota", "Offensif Revolusioner", dan "Kontra-Revolusi", familiar dipakai. Menurut Amak Syariffudin," suatu ciri jurnalisme mereka (PKI) ialah melakukan penggiringan dengan membentuk opini publik untuk kepentingan PKI".
Sinergi antara agitasi propaganda media massa PKI dengan kerja politik turba (turun ke bawah) ke grass root, terbukti mengejutkan lawan-lawan politiknya di Pemilu 1955. Di Karsidenan Madiun, perolehan suara PKI juga mengejutkan. PKI meraup 447.000 suara, mengungguli PNI yang hanya mendapat dukungan 254.000 suara, Masyumi 137.000 suara dan NU 92.000 suara.
Di Surabaya, PKI yang mendapat dukungan 231.000 suara, kalah dengan PNI yang meraup dukungan 265.000 suara. Di Surabaya Masyumi hanya mendapat 117.000 suara. NU dengan dukungan 431.000 suara berada di urutan teratas. Di karsidenan Bojonegoro, PKI yang mendapat dukungan 289.000 suara, kalah dengan Masyumi yang didukung 300.000 suara.
PKI kalah dengan PNI yang mendapat 88.000 suara dan NU yang didukung 59.000 suara. Di Madura, juaranya adalah Masyumi yang nendapat dukungan 134.000 suara. Di Provinsi Jawa Timur. Total suara yang diraih PKI pada pemilu 1955 adalah 2.299.602 suara atau 23,3 %. PKI berada di urutan kedua perolehan suara terbanyak. Urutan pertama di Jawa Timur dipegang oleh Partai NU yang meraup dukungan 3.370.554 suara atau 34,1 %.
Sedangkan PNI yang berjualan nama besar Bung Karno, hanya menempati urutan ketiga dengan perolehan dukungan 2.251.069 suara atau 22,8 %. Posisi terbawah dalam susunan partai empat besar (PNI, Masyumi, NU dan PKI) di Jawa Timur ditempati Masyumi yang hanya memperoleh 1.109.742 suara atau 11,2 %. Keberhasilan PKI meraup dukungan suara besar, khususnya di Jawa Timur, tidak lepas dari kepiawaian kadernya melakukan agitasi propaganda.
Herbert Feith dalam "Pemilihan Umum 1955 di Indonesia", menyebut suara yang diperoleh komunis berasal sebagian besar dari Jawa Tengah dan bagian barat Jawa Timur, jantung kebudayaan Jawa. Di daerah-daerah mereka menghembuskan differensiasi partai dengan bahasa yang mudah dipahami rakyat. Di depan rakyat, para kader PKI mampu menjelaskan secara sederhana beda PKI dengan kompetitornya.