SURABAYA - Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto adalah induk semang para pejuang bang. Dari tangan dinginnya, tokoh nasional bermunculan.
Sebab itulah nama HOS Tjokroaminoto akan selalu dikenang, sebagai guru sekaligus raja jawa tanpa mahkota.
Nama raja jawa tanpa mahkota pertama kali dilontarkan Pemerintah Hindia-Belanda. Waktu itu mereka menyebut De Ongekroonde van Java yang mengiringi perjalanan penuh heroik HOS Tjokroaminoto.
Kala itu, nafas perjuangannya tak pernah putus dan selalu memberikan warna dalam dimensi perjuangan kemerdekaan.
Ketika mendengar nama Tjokroaminoto, Belanda selalu gemetaran. Semua itu tak lepas dari besarnya pengaruh Tjokroaminoto di kalangan masyarakat dan juga menggambarkan rasa khawatir Belanda terhadap tokoh yang membentuk karakter Bung Karno sejak muda ini.
Baca juga: Kunjungi Makam HOS Tjokroaminoto, Al Ghazali: Kami Akan Meneruskan Perjuanganmu Eyang
Waktu itu, Bung Karno datang ke Surabaya di usia 15 tahun dan tinggal di rumah kos milik Tjokroaminoto. Di saat taring Belanda begitu kuat di masyarakat untuk menebar teror, Tjokroaminoto dikenal dengan pidato yang menyentuh hati untuk menggerakan massa. Peracik siasat yang jitu, serta bapak pergerakan nasional yang ulung.
Baca juga: 5 Aktor Indonesia Perankan Tokoh Pahlawan Nasional
Dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang ditulis oleh Cindy Adams menjelakan, tiap malam di rumah Peneleh gang VII itu selalu datang para tokoh pergerakan nasional untuk bertemu dengan Tjokroaminoto.
Di sana, mereka meracik siasat, berdiskusi tentang kebangsaan dan menyegarkan perlawanan.