“Pemerintah juga akan melakukan evaluasi kebijakan yang sekarang diterapkan. Tidak menutup kemungkinan adanya penyesuaian kebijakan di masa yang akan datang,” ujar Wiku dikutip dari keterangan resminya kemarin.
Wiku menegaskan, pengguna RT PCR sebagai metode testing yang lebih sensitif dapat mendeteksi orang terinfeksi lebih baik daripada metode rapid antigen.
“Sehingga potensi orang terinfeksi untuk lolos dapat dicegah. Sehingga mencegah orang tersebut menulari orang lain dalam suatu tempat dengan kapasitas padat,” katanya.
(Erha Aprili Ramadhoni)