Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

4 Pahlawan Nasional dari Jawa Timur, Soetomo hingga HOS Tjokroaminoto

Tim Litbang MPI , Jurnalis-Rabu, 10 November 2021 |07:18 WIB
4 Pahlawan Nasional dari Jawa Timur, Soetomo hingga HOS Tjokroaminoto
Lukisan HOS Tjokroaminoto (Foto: Wikipedia)
A
A
A

3. Abdul Halim Perdanakusuma

Bapak Penerbang AURI, sekaligus pahlawan nasional Indonesia, Abdul Halim Perdanakusuma merupakan pahlawan kelahiran Sampang, Madura, 18 November 1922.

Ayah Abdul Halim, Haji Abdulgani Wongsotaruno merupakan seorang penulis yang memiliki karya berjudul ‘Batara Rama Sasrabahu’. Menurut laman resmi TNI AU, tulisan tersebut ditulis dalam bahasa Madura.

Halim menempuh pendidikannya di MOSVIA, Magelang. Sekolah tersebut merupakan sekolah Pamong Praja Hindia Belanda. Kegiatan militer pertamanya ia dapatkan pada 1940. Kala itu, pemerintah Belanda mewajibkan rakyat untuk mengikuti wajib militer.

Hal itu menyusul Jerman yang telah menduduki Belanda. Pada masa perang dunia kedua, Halim bertugas di Royal Canadian Air Force dan Royal Air Force. Pangkat yang ia miliki saat itu adalah Wing Comander. Karena pernah bertugas di negara asing, kepulangan Abdul Halim ke tanah air pada Oktober 1945 dianggap sebagai salah satu tentara NICA.

Hal itu membuatnya dijebloskan ke penjara di Kediri. Setelah bebas, Halim langsung diminta bergabung demi berjuang mempertahankan kemerdekaan dan ikut merintis AURI.

Dirinya tewas dalam kecelakaan pesawat pada 1947. Saat itu, pesawat Avro Anson RI-003 yang ia tumpangi jatuh di wilayah Malaysia, akibat cuaca buruk. Pesawat tersebut tengah melakukan penerbangan dari Bangkok ke Singapura. Abdul Halim Perdanakusuma dianugerahi gelar pahlawan nasional pada 1975.

4. Bung Tomo

Satu lagi pahlawan nasional yang berasal dari Jawa Timur adalah Bung Tomo. Bernama asli Sutomo, ia lahir di Surabaya, 3 Oktober 1920.Bung Tomo sudah mulai memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia sejak remaja. Mengutip Okezone, sebagai pemuda, Tomo memiliki kematangan berpikir dan kecerdasan yang baik.

Karena itulah ia mendapat banyak kepercayaan dari berbagai kalangan. Bahkan, ia juga disegani banyak pihak.

Meskipun masih muda, Tomo sudah didapuk menjadi sektetaris Partai Indonesia Raya (Panindra). Hal itu membuatnya sedikit lebih mencolok. Sebab, pengurus partai lain adalah orang-orang dewasa. Satu hal yang membuatnya semakin terkenal adalah pidato membaranya pada 10 November 1945.

Ketika itu, pasukan Inggris menyerbu tanah air usai kemerdekaan. Kesimpulan dari isi pidatonya adalah mendorong masyarakat Indonesia, khususnya pemuda-pemuda di Surabaya agar tidak takut dan tetap teguh mempertahankan Indonesia.

“Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah, yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih. Maka selama itu tidak akan kita akan mau menyerah kepada siapapun juga,” kata Bung Tomo.

(Khafid Mardiyansyah)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement