SEMARANG — Vihara Buddhagaya Watoagong di Semarang merupakan tempat bermula dari masa 500 tahun setelah keruntuhan Kerajaan Majapahit. Di tempat ibadah umat Buddha tersebut terdapat Pagoda Avalokitesvara yang memiliki tinggi hingga 45 meter. Pagoda tersebut merupakan tertinggi di Indonesia.
Vihara Buddhagaya ini terletak di Pudakpayung, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah. Vihara ini berada di Markas Kodam IV/Diponegoro.
Melansir Solopos, Jumat (3/12/2021), Vihara Buddhagaya memiliki 2 bangunan induk utama. Salah satunya adalah Pagoda Avalokitesvara yang memiliki nilai artistik tinggi. Di dalam pagoda itu terdapat patung Dewi Kwan Im setinggi 5 meter.
Selain itu, vihara tersebut memiliki Dhammasala yang terdiri dari dua lantai. Lantai dasar digunakan sebagai ruang aula serbaguna untuk kegiatan pertemuan dan lantai atas sebagai tempat ritual upacara keagamaan.
Dihimpun dari Wikipedia, sejarah keberadaan vihara ini bermula dari masa 500 tahun setelah keruntuhan Kerajaan Majapahit. Saat itu, muncul berbagai kegiatan dan peristiwa yang menyadarkan kalangan penduduk akan warisan luhur nenek moyang, yaitu Buddha Dhamma agar dapat kembali dipraktekkan oleh umat Buddha, meskipun mayoritas warga memeluk agama Islam.
Upaya ini banyak digagas pada zaman pemerintahan Hindia Belanda hingga akhirnya harapan akan ada orang yang mampu mengajarkan Buddha Dhamma terwujud dengan kehadiran Bhiku Narada Maha Thera dari Srilanka pada 1934.
Kehadiran Dharmadutta tersebut dimanfaatkan umat dan simpatisan untuk mengembangkan diskusi dan memohon penjabaran Dhamma secara lebih luas lagi.
Puncaknya, muncul putra pertama Indonesia yang mengabdikan diri secara penuh pada penyebaran Buddha Dharma, yakni pemuda asal Bogor bernama The Boan An yang kemudian menjadi Bhikku Ashin Jhinarakhita.
Baca Juga : Kisah Sunan Gunung Jati Bangun Vihara di Banten
Pada 1955, Bhikku Ashin Jinarakkhita memimpin perayaan Vaisak 2549 di Candi Borobudur dan saat itu bertemu dengan hartawan yang menjadi tuan tanah Semarang, bernama Goei Thwan Ling yang berlatarbelakang Buddha dan terkesan dengan kepiawaian dan kepribadian dari sang Bhikku.
Baca Juga: KKP Pastikan Proses Hukum Pelaku Perdagangan Sirip Hiu Ilegal di Sulawesi Tenggara