Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kala Asap Tebal, Banjir hingga Firasat Penambang Pasir Bawa Dirinya Selamat dari Erupsi Semeru

Avirista Midaada , Jurnalis-Sabtu, 11 Desember 2021 |16:30 WIB
Kala Asap Tebal, Banjir hingga Firasat Penambang Pasir Bawa Dirinya Selamat dari Erupsi Semeru
Lokasi yang menjadi tempat penambang pasir Semeru (Foto: MNC Portal)
A
A
A

LUMAJANG - Seorang penambang pasir, Sulianto (21) menjadi salah satu korban selamat dari erupsi Gunung Semeru pada Sabtu 4 Desember 2021 lalu.

Dia pun menceritakan detik-detik saat melihat asap tebal dari erupsi Semeru hingga banjir di Sungai Sumbersari tempat dirinya bersama sembilan penambang satu timnya  mengambil pasir di sungai tersebut.

"Waktu kejadian ada 9 orang, yang 7 orang itu bisa melarikan diri selamat. Yang dua orang yang saya kenal ini belum ketemu. Kalau yang lain banyak yang belum ketemu, tapi nggak kenal, tapi saya pastikan ada lebih dari lima orang," kata dia, Sabtu (11/12/2021).

Saat itu, pemuda beruntung ini mengungkapkan mempunyai firasat Semeru akan meletus karena melihat asap tebal dan awan panas mengarah ke lokasi pertambangan pasir.

Tak berselang lama, kemudian terjadi banjir Sungai Sumbersari. Lalu, dirinya pun memutuskan langsung berlari menjauh dari gunung tertinggi di Pulau Jawa itu.

"Waktu itu banjir terus saya lihat gunungnya itu nggak kelihatan, ada asap tebal hitam, makanya 20 menitan saya langsung lari nggak tahu lagi gimana yang di bawah nambang," ungkapnya.

Baca juga: Cerita Penambang Pasir Selamat dari Erupsi Semeru karena Melihat Tanda Ini

Saat ini, sejumlah penambang pasir diduga masih terkubur akibat erupsi Gunung Semeru. Sepekan lebih dari erupsi Gunung Semeru nasib para penambang pun belum diketahui lantaran baru beberapa penambang yang diduga ditemukan di Curah Kobokan, yang menjadi salah satu tempat penambangan pasir.

Baca juga: Telah Lama Meninggal, Siapa Pengganti Mbah Dipo Sebagai Juru Kunci Semeru?

Sementara itu, penambang lainnya Ponidi juga memiliki firasat bahwa Gunung Semeru akan mengalami erupsi. Warga Dusun Umbulan, Desa Supiturang itu pun memilih untuk meliburkan diri selama dua hari sebelum Semeru meletus.

"Kayak sudah firasat nggak enak, makanya libur dua hari itu nambang. Kalau mungkin ikut nambang waktu itu, ya nggak tahu juga masih ada atau enggak saya, tetangga ada yang ikut kekubur," katanya.

Menurut dia, sebagian besar warga di Kecamatan Pronojiwo ini mengandalkan mata pencaharian sebagai penambang pasir. Tak jarang mereka nekat bertaruh nyawa saat banjir lahar dingin surut dan langsung menambang pasir di tengah.

"Kalau orang sini banjir lahar itu berkah, biasanya habis itu mereka langsung berburu mencari pasir. Mata pencaharian orang sini kebanyakan nambang (penambang pasir)," ujar Ponidi.

Ponidi merupakan satu dari ratusan penambang pasir yang kerap beraktivitas di Sungai Sumbersari dan Sungai Besuk Kobokan. Kendati memiliki area perkebunan cabai, tetapi hasil utama nafkahnya berasal dari penambang pasir.

Baca juga: Kisah Ngatri, Panggul Anaknya yang Disabilitas Lari dari Kejaran Awan Panas Semeru

"Kalau nambang pasir itu lebih menjanjikan memang, kalau nambang dapat Rp150 ribu rata-rata sehari, paling sedikit sehari Rp50 ribu. Itu biasanya saya kerja pukul 07.00 WIB sampai pukul 14.00 WIB siang," tutur pria dengan tujuh orang anak itu.

Baca juga: Ketika Bupati Lumajang Murka Lihat Penambang Pasir Beroperasi saat Semeru Berduka

Sekadar diketahui, tim gabungan telah menemukan total 45 korban jiwa dalam kondisi meninggal dunia. Jumlah tersebut bertambah dari yang sebelumnya yakni 43, setelah pada Jumat 10 Desember 2021, tim kembali menemukan dua korban di wilayah Dusun Kamar Kajang, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

"Hari ini ada tambahan dua orang lagi dari Kamar Kajang, sehingga total korban meninggal adalah 45 jiwa," ujar Kolonel Inf Irwan Subekti selaku Dansatgas Penanggulangan Dampak APG Gunung Semeru.

Di sisi lain, jumlah orang hilang yang sampai saat ini dilaporkan ada 9 orang, 19 orang luka berat dan 19 lainnya luka ringan. Adapun sebanyak 19 orang yang luka ringan ini juga memiliki luka atau penyakit lain di luar luka bakar akibat awan panas guguran Gunung Semeru.

"Untuk orang hilang sampai dengan saat ini tercatat adalah 9 orang, 19 luka berat kemudian 19 luka ringan yang diikuti dengan penyakit yang lainnya di luar luka bakar," jelas Kol Inf. Subekti.

Lebih lanjut, Dansatgas juga mencatat bahwa hingga hari ini jumlah orang yang mengungsi ada sebanyak 6.573 pengungsi yang tersebar di 124 titik pengungsian. Adapun menurut Dansatgas, sebanyak 124 titik pengungsian itu terbagi sebanyak 24 titik di lokasi pengungsian terpusat dan sisanya yakni 102 titik merupakan pengungsian mandiri maupun di lokasi kerabat para warga terdampak.

"Jumlahnya adalah 6.573 pengungsi," jelas Kol Inf. Subekti.

"Sampai dengan saat ini tercatat 126 titik pengungsian. Dengan rincian 24 titik pengungsian yang terpusat dan 102 titik pengungsian yang mandiri. Artinya adalah di tempat-tempat yang tidak kita siapkan, namun di tempat-tempat saudaranya maupun tetangganya," imbuh Subekti.

Baca juga: Seminggu Pasca Erupsi Gunung Semeru, Ratusan Warga Masih Bertahan di Tempat Pengungsian

(Fakhrizal Fakhri )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement