Seorang anak asal Australia berusia 17 tahun mengirim serangkaian pesan audio dari penjara. Dia mengatakan dirinya menderita cedera kepala dalam serangan udara dan meminta bantuan medis.
"Saya sangat takut, ada banyak orang mati di depan saya," katanya. "Saya takut saya akan mati kapan saja karena pendarahan. Tolong bantu saya,” lanjutnya.
Juru bicara SDF Ferhat Shami mengatakan pada Selasa (15/1) sore bahwa operasi untuk mendapatkan kembali kendali penuh atas penjara itu berjalan lambat karena aliansi itu "lebih tertarik untuk membebaskan tahanan dan melindungi rakyat kami daripada melenyapkan tentara bayaran".
Rami Abdul Rahman, direktur Observatorium Suriah untuk HAM, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa pembicaraan untuk mengakhiri kebuntuan sedang berlangsung.
"Jika tidak ada kesepakatan untuk pertukaran, akan terjadi pembantaian, ratusan orang akan terbunuh," ujarnya.
(Susi Susanti)