RUSIA - Amerika Serikat yakin Rusia telah meremehkan kekuatan perlawanan warga Ukraina sebelum melancarkan invasi pada 24 Februari lalu yang kemungkinan juga telah menewaskan ribuan warga Rusia, demikian ujar seorang pejabat tinggi intelijen pemerintahan Presiden Joe Biden di hadapan Kongres Amerika Serikat.
Kesaksian dalam sidang Komite Intelijen DPR itu merupakan pengungkapan pertama pejabat intelijen paling senior di hadapan publik tentang bagaimana perang yang telah berlangsung selama dua minggu itu.
Kesaksian itu juga memberikan masukan tentang pemikiran dan motif Presiden Rusia Vladimir Putin ketika pasukannya melanjutkan serangan ke Ukraina.
Para pejabat menegaskan penilaian mereka bahwa serangan Rusia telah diperlambat oleh perlawanan tak terduga yang dilakukan oleh warga Ukraina, dan bahwa sekarang tidak jelas apakah Putin akan melanjutkan serangan dengan strategi “maksimal” untuk berupaya merebut seluruh Ukraina, atau akan menerima sesuatu yang kurang dari itu.
Apapun itu para pejabat mengatakan mereka yakin Putin bertekad melanjutkan invasinya meskipun telah jatuh banyak korban, sanksi-sanksi global dan upaya negara-negara Barat untuk mengisolasi Kremlin, termasuk larangan Amerika atas impor minyak Rusia.
Pejabat-pejabat Amerika yang memberi kesaksian pada Selasa (8/2) itu mencatat bahwa invasi tersebut berlangsung sesuai perkiraan mereka, berbeda dengan penilaian Putin tentang kecepatan pasukannya untuk menguasai negara.