WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan penguasa de facto Arab Saudi, Putra Mahkota Mohammed bin Salman, berencana untuk bertemu akhir bulan ini setelah dua kesepakatan penting dicapai pada Kamis (2/6/2022 setelah berbulan-bulan tekanan diplomatik oleh AS.
Pertemuan ini sepertinya menindaklanjuti pengumuman mengejutkan pada Kamis (2/6/2022), yakni OPEC dan negara-negara penghasil minyak sekutu mengungkapkan bahwa mereka berencana untuk meningkatkan produksi minyak sebesar 200.000 barel per hari pada Juli dan Agustus mendatang. Pengumuman ini seolah mengarah ke pujian dari Gedung Putih untuk peran Arab Saudi dalam "mencapai konsensus" dan memfasilitasi dorongan.
Meski jumlah kecil dalam skema besar, langkah tersebut dipandang oleh pejabat pemerintahan Biden sebagai terobosan signifikan dalam hubungan diplomatik. Seorang pejabat menggambarkannya sebagai "perubahan besar" setelah hampir satu tahun Saudi dengan tegas menolak permintaan AS untuk meningkatkan produksi, bahkan ketika harga minyak mencapai rekor tertinggi tahun lalu.
Baca juga: Marak Penembakan Massal, Biden Desak Larangan Senapan Serbu dan Batasan Usia Kepemilikan Senjata
Biden secara terpisah mengumumkan pada Kamis (2/6/2022) bahwa gencatan senjata di Yaman telah diperpanjang. Biden juga memberikan pujian pada Saudi karena menunjukkan "kepemimpinan yang berani dengan mengambil inisiatif sejak dini untuk mendukung dan menerapkan persyaratan gencatan senjata yang dipimpin Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)."
Baca juga: Mewahnya Liburan Pangeran Arab, Bawa Jet Pribadi hingga Berikan Tip Hampir Seratus Juta
Seorang pejabat mengatakan waktu pengumuman itu disengaja dan meletakkan dasar untuk kemungkinan pertemuan bulan ini antara Biden dan bin Salman.
Seperti yang dilaporkan CNN sebelumnya, karena Arab Saudi saat ini memegang kursi kepresidenan Dewan Kerjasama Teluk, setiap keterlibatan antara Biden dan putra mahkota kemungkinan akan bertepatan dengan pertemuan dewan di Riyadh akhir bulan ini.
Seorang pejabat Gedung Putih yang terpisah mengatakan kepada CNN bahwa rencana pertemuan belum selesai tetapi jika Presiden "menentukan bahwa adalah kepentingan AS untuk terlibat dengan seorang pemimpin asing dan bahwa keterlibatan semacam itu dapat memberikan hasil, maka dia akan melakukannya."