Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Jurassic World: Ini 3 Kesalahan Ilmiah Dari Film Prasejarah Buatan Hollywood

Tim Okezone , Jurnalis-Senin, 13 Juni 2022 |16:53 WIB
Jurassic World: Ini 3 Kesalahan Ilmiah Dari Film Prasejarah Buatan Hollywood
Foto: Universal Studios/Amblin Entertainment.
A
A
A

Riley Black menjelaskan bahwa velociraptor pada Jurassic Park justru lebih menyerupai hewan prasejarah lainnya.

"Velociraptor pada film pertama merupakan kesalahan sejak awal, karena novel Jurassic Park karya Michael Crichton terinspirasi sebuah buku berjudul Predatory dinosaurs of the world yang membahas seekor dinosaurus bernama deinonychus," ungkap Black.

Deinonychus digambarkan berukuran sebesar manusia yang berburu secara bergerombol dan lebih mirip dengan yang ditulis Michael Crichton sebagai "velociraptor".

Para ahli meyakini velociraptor yang sesungguhnya berukuran kecil, tidak lebih besar dari kalkun, dan ditutupi bulu di sekujur tubuhnya.

3. Kurang berwarna

Jack Horner mengaku bahwa kadang dia tidak tahu mengapa dirinya dibayar sebagai penasihat sains untuk produksi Jurassic Park mengingat pada akhirnya Spielberg membuat keputusan untuk menghibur penonton.

"Menarik ketika mereka mendatangkan saya karena mereka tidak menuruti advis saya. Tapi saya pikir mereka menginginkan sedikit kredibilitas dan mereka ingin seseorang memberikan jempol ke atas untuk beberapa hal," kata Horner.

Salah satu keputusan yang tidak disetujui Horner adalah warna dinosaurus-dinosaurus pada film.

"Sepengetahuan saya (dinosaurus-dinosaurus) lebih beraneka warna dari yang diberikan (pada film). Keturunan mereka, para unggas, kerap sangat berwarna. Saya tidak paham mengapa (para dinosaurus) tidak diberikan warna cerah juga."

"Steven tidak mau melakukannya, dia bilang dinosaurus beraneka warna tidak cukup menakutkan."

Horner mengakui bahwa sebagian besar dari yang ditampilkan film Jurassic Park pertama saat itu berdasarkan sains yang diketahui pada awal 1990-an.

"Pada awal 1990-an, kami tidak tahu apakah DNA bisa diambil dari sampel-sampel yang sudah menjadi fosil. Dan saat itu ada orang-orang yang mencoba mendapatkan DNA dari serangga yang telah menjadi fosil. Itu yang ditulis Michael Crichton dan begitulah sains pada masa tersebut."

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement