LAWATAN Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang membawa misi perdamaian ke Ukraina dan Rusia terus mendapat sorotan publik. Pasalnya, kunjungan Jokowi berlangsung ketika pasukan Rusia terus membombardir Ukraina sejak invasi berlangsung pada 24 Februari.
Dalam pidatonya di Istana Kremlin, Moskow, Jokowi menjelaskan alasan dia berkunjung ke Ukraina-Rusia adalah sebagai perantara dialog antara Presiden Volodymyr Zelenksy dan Presiden Vladimir Putin.
(Baca juga: Kisah Tragis Perisai Hidup Soekarno: Menderita dalam Penjara hingga Diselamatkan Buya Hamka)
"Isu-isu yang berkaitan dengan perdamaian dan kemanusiaan selalu menjadi prioritas kebijakan luar negeri Indonesia. Konstitusi Indonesia mengharuskan kami untuk selalu berusaha memberikan kontribusinya sendiri demi memastikan perdamaian di seluruh dunia," ujar Jokowi.
Langkah Jokowi yang berkunjung ke dua negara tersebut dinilai banyak pihak untuk mengamanatkan Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945 soal peran RI dalam perdamaian dunia.
Kunjungan Jokowi di Ukraina dikawal ketat 39 personel Paspampres yang terdiri dari sejumlah pasukan elite yang dimiliki TNI, mulai dari Kopassus TNI AD, Detasemen Jalamagkara/Denjaka TNI AL, dan Kopaskhas/Kopasgat TNI AU.
Mengulas jauh kebelakang, ada kisah menegangkan saat Paspampres mengawal Presiden Soeharto ke Sarajevo, Ibu Kota Bosnia Herzegovina pada 1995 silam. Saat itu, negara pecahan Yugoslavia ini tengah dalam keadaan genting akibat perang saudara dengan Serbia.
Melansir "Pak Harto: The Untold Stories", Senin (4/7/2022) Komandan Grup A Paspampres Sjafrie Sjamsoeddin membagikan pengalamannya melindungi Presiden Soeharto dari ancaman penembak jitu atau sniper.
Jenderal baret merah Kopassus itu mengungkapkan ketika itu tidak ada satu pun utusan di PBB yang dapat menjamin keselamatan Soeharto ketika hendak ke Bosnia.
Apalagi saat itu pesawat PBB yang membawa utusan khusus PBB Yasushi Akashi ditembak jatuh ketika melintasi langit Bosnia.
Penasihat khusus Menteri Pertahanan Prabowo Subianto ini lalu menyampaikan informasi tersebut kepada Presiden Soeharto. Namun Soeharto tetap nekat dan bersikeras melanjutkan lawatannya ke Bosnia saat perang masih berkecamuk.