Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Awasi Langkah China di Asia Tenggara, AS Terbang ke Thailand

Susi Susanti , Jurnalis-Senin, 11 Juli 2022 |12:59 WIB
Awasi Langkah China di Asia Tenggara, AS Terbang ke Thailand
Menlu AS Antony Blinken dan Menlu Thailand Don Pramudwinai (Foto: AP)
A
A
A

BANGKOK - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken akhir pekan kemarin mengunjungi Thailand ketika pemerintahan Presiden AS Joe Biden melangkah untuk menunjukkan komitmennya pada Asia Tenggara, dalam menanggapi kuatnya pengaruh China di kawasan itu.

Di Bangkok, Blinken pada Minggu (10/7/2022) bertemu dengan pejabat-pejabat senior Thailand dan aktivis demokrasi dari Myanmar. Ia menandatangani perjanjian dengan Menteri Luar Negeri Thailand Don Pramudwinai untuk memperluas “Aliansi dan Kemitraan Strategis” Amerika-Thailand.

Blinken datang ke Tahiland setelah menghadiri pertemuan menteri luar negeri negara-negara G20 di Bali. Dalam pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi, di sela-sela pertemuan di Bali, Blinken menyuarakan keprihatinan tentang meningkatnya pengaruh China ke kawasan itu.

Baca juga: AS Cari Dukungan G20, Tekan Rusia Buka Jalur Laut hingga Peringatkan China Tidak Dukung Perang

Sebagaimana pendahulunya, pemerintahan Biden mengamati dengan hati-hati pertumbuhan pesat China dan berusaha mendorong negara itu agar mematuhi standar internasional tanpa keberhasilan berarti. Blinken pada Sabtu (9/7/2022) mengatakan dukungan China pada Rusia dalam perang yang dilancarkan di Ukraina telah menimbulkan ancaman terhadap tatanan berbasis aturan dan memperumit hubungan Washington dan Beijing yang memang sudah tegang.

Baca juga: Dianggap Kerap Melanggar Aturan Sendiri, China Kutuk AS

Namun menurut pejabat-pejabat Amerika, dorongan agresif China ke negara-negara tetangganya di Asia Tenggara dan mempertahankan kehadiran kuat AS merupakan puncak agenda Blinken di Thailand. Blinken akan menawarkan dukungan dan dorongan kepada para pembangkang Myanmar yang telah terpaksa meninggalkan tanah air mereka sejak militer merebut kekuasaan dari pemerintah terpilih pada 1 Februari 2021.

AS dan negara-negara demokrasi yang beraliran sama berupaya mencegah negara-negara berkembang di Asia Tenggara untuk melakukan kerjasama proyek infrastuktur dan pembangunan berskala besar dengan China kecuali jika terbukti layak secara ekonomi, sehat secara struktural dan aman bagi lingkungan.

“Kami tidak meminta negara-negara di Asia Tenggara ini untuk memilih, tetapi memberi mereka pilihan dalam hal investasi, infrastruktur, bantuan pembangunan dan lain-lain,” ujar Blinken di Bali, dikutip VOA.

“Banyak hal yang dapat dilakukan semua orang karena kebutuhannya sangat besar,” lanjutnya.

“Tetapi yang ingin kami pastikan adalah kami terlibat dalam pertarungan menuju puncak, di mana kita melakukan berbagai hal dengan standar tertinggi, bukan pertarungan yang dilakukan dengan standar terendah,” tambahnya.

Pejabat Amerika dari pemerintahan yang datang silih berganti sama-sama telah mengkritisi China karena mengeksploitasi negara-negara yang lebih kecil dengan memikat mereka ke dalam perjanjian yang tidak adil atau menipu.

“Harapan saya adalah jika China terus melibatkan diri dalam semua upaya pertarungan menuju puncak, maka hal ini akan meningkatkan pertarungan,” ujarnya.

(Susi Susanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement