Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Dubes Ukraina: Saya Puas dengan Hasil 'Misi Perdamaian' Presiden Jokowi

Rahman Asmardika , Jurnalis-Selasa, 12 Juli 2022 |19:16 WIB
Dubes Ukraina: Saya Puas dengan Hasil 'Misi Perdamaian' Presiden Jokowi
Presiden RI Joko Widodo bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Kiev, Ukraina, 29 Juni 2022. (Foto: Biro Pers Setpres)
A
A
A

JAKARTA Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin mengapresiasi peran konstruktif Indonesia dan kesediaan Indonesia dalam upaya untuk menghentikan perang sesegera mungkin. Dia mengatakan bahwa dirinya puas dengan hasil yang dicapai “misi perdamaian” Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) ke Ukraina dan Rusia pada akhir bulan lalu.

BACA JUGA: Dino Patti: Upaya Jokowi Damaikan Ukraina-Rusia Harus Berkelanjutan

Presiden Jokowi berkunjung ke Ukraina dan bertemu Presiden Volodymyr Zelensky pada 29 Juni. Lawatan itu dilanjutkan dengan kunjungan ke Rusia untuk berbicara dengan Presiden Vladimir Putin pada 30 Juni.

“Saya harus akui, ya saya sangat puas,” kata Dubes Vasyl pada pengarahan pers via daring, Selasa (12/7/2022).

Menurutnya Presiden Jokowi telah mendapatkan hasil yang realistis dari lawatan tersebut.

“Jika ada yang berharap setelah kunjungan bersejarah ini (Presiden Rusia Vladimir) Putin akan berhenti dan perang akan berakhir, mereka adalah pemimpi yang berfantasi karena perdamaian tidak datang semudah itu,” lanjutnya.

BACA JUGA: Pengamat: Niat Presiden Jokowi Jadi Juru Damai Rusia-Ukraina Sesuai UUD 1945

Vasyl mengatakan bahwa Presiden Jokowi telah berupaya membangun jembatan antara agresor, sebutannya untuk Rusia, dengan Ukraina, negara yang sedang diserang. Dikatakan Vasly, setelah upaya tersebut maka tergantung apakah Rusia bersedia untuk berunding atau tidak.

“Saat ini saya tidak melihat ada tanda-tanda kesediaan Putin untuk berunding,” ujarnya.

Dikatakannya bahwa Ukraina bersedia berunding, tetapi tidak akan menyerahkan wilayahnya demi menghentikan perang.

Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, dengan alasan kegagalan Kiev untuk mengimplementasikan perjanjian Minsk, yang dirancang untuk memberi wilayah Donetsk dan Luhansk status khusus di dalam negara Ukraina.

Pada Februari 2022, Kremlin mengakui Republik Donbass sebagai negara merdeka dan menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer Barat mana pun. Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan.

(Rahman Asmardika)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement