JAKARTA - Tragedi kecelakaan odong-odong di Kampung Toplas, Desa Selibu, Kecamatan Kragilan, Kabupaten Seran, Banten yang terjadi, Selasa 26 Juli 2022, menjadi hal yang memprihatinkan.
Kendaraan yang dimodifikasi menjadi angkutan umum yang bukan peruntukannya tersebut hancur berantakan usai ditabrak kereta hingga menyebabkan sembilan penumpang tewas di lokasi kejadian.
Keberadaan odong-odong sejak dulu memang menuai pro kontra, pasalnya kendaraan umum tak berizin ini kerap muncul dan juga membawa petaka bagi pengendara lain maupun penumpangnya.
Salah satu lokasi yang sering ditemui odong-odong adalah di Jakarta Utara, tepatnya di Cilincing. Keberadaan odong-odong di sana sangat meresahkan, sebab harus berbagi jalan bersama dengan truk-truk kontainer.
Berdasarkan pantauan di lokasi, sedikitnya terlihat ada 20 unit odong-odong yang terlihat mengaspal di jalanan. Rata-rata, pengemudi odong-odong kebanyakan pemuda tanggung.
Sementara itu para penumpang terdiri dari ibu-ibu hingga anak-anak. Bahkan, ada pula ibu yang membawa serta anak balitanya duduk di gerbong-gerbong tanpa jendela dalam kondisi debu-debu beterbangan.
Tanpa pengamanan ekstra seperti helm maupun sabuk pengaman, puluhan odong-odong itu kerap kali terlihat mencoba mendahuli truk trailer maupun kendaraan lainnya.
Tak jarang pula odong-odong ini terpantau melaju dengan kecepatan rendah, sehingga membuat laju kendaraan di belakangnya tersendat.
Jalan Raya Cilincing menjadi rute para pengemudi odong-odong untuk memotong jalan supaya jarak dan waktu tempuh lebih cepat dibanding harus melewati jalanan permukiman Kalibaru.
Salah satu warga Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara Sheri (48), mengungkapkan bahwa dirinya tidak setuju dengan keberadaan odong-odong di jalan raya ini.