TAIPEI – Selama dua dekade, Pulau Quemoy memutar musik 24 jam sehari non-stop sebagai strategi pemerintah Taiwan untuk melawan propaganda dan menghindari konflik dengan China. Musik itu diputar dari “tembok pengeras suara” setinggi 10 meter yang dibangun menghadap ke garis pantai China.
Strategi ini mulai digunakan otoritas Taiwan pada 1979, setelah Amerika Serikat (AS) secara resmi mengakui pemerintahan Komunis China mengikuti “kebijakan satu China” yang diterapkan Beijing. Lagu-lagu Teresa Teng, salah satu penyanyi favorit pemimpin Partai Komunis China, Deng Xiapoing, seringkali dikumandangkan dengan suara keras dari tembok pengeras suara yang dikenal sebagai Tembok Siaran Beishan itu.
Musik-musik dan pidato propaganda yang disiarkan pemerintah Taiwan itu “menggempur” penduduk Xiamen di China daratan, yang dibalas oleh otoritas Partai Komunis China dengan taktik yang sama. Ini menyebabkan “perang suara” yang berdampak pada kesehatan mental penduduk Xiamen dan Pulau Quemoy.
Siaran berlanjut sampai 1990-an, ketika pulau itu tidak lagi diperintah oleh rezim militer yang ketat, setelah Taiwan beralih menjadi negara demokrasi.