SEOUL – Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un sempat mengalami demam tinggi dan sakit parah di saat negaranya tengah bergelut menghadapi pandemi Covid-19, demikian diungkapkan adiknya, Kim Yo Jong. Korea Utara telah mengumumkan kemenangan dalam “pertempuran” melawan Covid-19 dan menuding tetangganya, Korea Selatan, bertanggung jawab atas masuknya pandemi ke negara terisolasi itu.
Dalam sebuah pertemuan pada Rabu (10/8/2022), Kim Yo Jong mengungkapkan bahwa kakaknya menderita gejala Covid-19, mengindikasikan bahwa Kim Jong-un kemungkinan terinfeksi virus corona, demikian dilaporkan KCNA.
BACA JUGA: Lawan Covid-19 dengan Obat Tradisional, Korut Rekomendasikan Air Garam hingga Minum Teh Panas
"Meskipun dia (Kim Jong-un) sakit parah dengan demam tinggi, dia tidak bisa berbaring sejenak memikirkan orang-orang yang harus dia rawat sampai akhir dalam menghadapi perang anti-epidemi," kata Kim Yo Jong, sebagaimana dilansir Reuters.
Dia tidak merinci kesehatan Kim, tetapi menyalahkan selebaran dari Korea Selatan yang ditemukan di dekat perbatasan sebagai penyebab wabah.
BACA JUGA: Perang Lawan Covid-19, Ini 6 Kebijakan Keras Kim Jong-un
Kim Yo Jong mengkritik pemerintahan baru Seoul dari Presiden Yoon Suk Yeol karena berusaha mencabut larangan tahun 2020 atas kampanye tersebut, menyebutnya sebagai "musuh utama yang tidak berubah."
"Kita tidak bisa lagi mengabaikan masuknya sampah dari Korea Selatan," katanya, mengancam akan "memusnahkan" otoritas Seoul.
"Tindakan balasan kami harus menjadi pembalasan yang mematikan."
Kementerian Unifikasi Korea Selatan menyatakan penyesalannya atas klaim Korea Utara bahwa surat dari pembelot bertanggung jawab atas wabah Covid dan ancaman yang dibuat Pyongyang, menurut laporan kantor berita Yonhap.
Korea Utara tidak pernah mengkonfirmasi berapa banyak orang yang tertular Covid-19, diduga karena kurangnya pasokan alat pengujian. Pyongyang malah melaporkan jumlah harian pasien demam, yang jumlah totalnya mencapau sekira 4,77 juta, tetapi tidak mencatat kasus baru sejak 29 Juli.
Sebanyak 74 orang di Korea Utara dilaporkan meninggal dunia karena penyakit demam ini, atau sekira 0,0016% dari total kasus yang dilaporkan. Ketua Anti-COVID Korea Utara, Ri Chung Gil menyebut hal ini sebagai sebuah “keajaiban yang belum pernah terjadi sebelumnya”.
(Rahman Asmardika)