"Ketika saya pingsan, mereka akan menyiram saya dengan air dingin dan melemparkan saya kembali ke meja," tuturnya.
Dua bulan kemudian, hal itu terjadi lagi kepada Makarov. Dia dipaksa membayar 50.000 rubel (sekitar Rp13 juta) kepada penyerangnya. Menurut Makarov, dia diperkosa agar bungkam soal kekerasan tersebut.
Makarov mengatakan kepada BBC bahwa penyiksaan terhadapnya direkam. Para tahanan tahu bahwa rekaman yang memalukan dapat dibagikan ke seluruh penjara jika mereka tidak memenuhi tuntutan.
Para pemerkosa Makarov adalah sejumlah tahanan di penjara itu. Dia dan para korban yang lainnya yakin, para pelaku bertindak atas instruksi pimpinan penjara.
Dia menceritakan selama penyiksaan berlangsung, lantunan musik dimainkan dengan volume keras. Tujuannya untuk menyamarkan jeritan para korban.
Rekaman video yang bocor ke organisasi HAM beredar karena andil sejumlah mantan tahanan di penjara Saratov.
Sergey Savelyev, misalnya, berhasil menyelundupkan rekaman yang menunjukkan penghinaan dan kekerasan terhadap puluhan tahanan.
Dia juga percaya bahwa penyiksaan itu dilakukan sebagai upaya tertinggi sebagai bagian dari sistem yang terorganisir.
Savelyev memiliki akses ke rekaman itu karena dia diminta untuk bekerja di departemen keamanan penjara yang kekurangan staf. Dia diminta untuk memantau dan membuat katalog rekaman dari kamera tubuh yang biasanya dipakai sipir penjara.
Namun dia berkata, ketika harus menyiksa seorang tahanan di Saratov, para petugas akan meminta tahanan untuk melakukan ‘pekerjaan kotor’ tersebut. Para sipir meminta tahanan memasang kamera tubuh untuk merekam pelecehan tersebut.
"Saya akan mendapat perintah [untuk mengeluarkan kamera tubuh] dari kepala keamanan," katanya.