Ketika dia menolak untuk mengaku, dia dibawa ke pusat penahanan pra-sidang di Vladimir, Rusia barat, pada akhir 2016.
"Saya dibawa ke sel nomor 26. Saya tahu persis sel macam apa itu karena saya mendengar jeritan datang dari sana, jeritan selama berhari-hari," ujarnya.
Di sel itu, dua pria sedang menunggu Romashov. Dia berkata dilempar ke lantai, tangan dan kakinya diikat di belakang tubuhnya, lalu dipukuli sepanjang hari.
Romashov pun akhirnya tak kuat ketika para pelaku menurunkan celananya. Dia akhirnya mau menandatangani apa pun yang mereka inginkan.
Dia kemudian dijatuhi hukuman lima tahun penjara, meskipun mengatakan kepada pengadilan bahwa dia telah disiksa dalam pengakuan.
Investigasi terhadap praktik semacam itu di pusat penahanan Putin akhirnya dilakukan setelah seorang tahanan lain membunuh salah satu pressovschiki yang mengancam akan menyiksanya.
Sipir penjara, diminta memberikan pernyataan, mengungkapkan bahwa sebagian besar dari mereka tahu apa yang terjadi di sel 26 yang terkenal itu.
Para pegawai penjara yang menjalankan sel penyiksaan dihukum dalam persidangan. Dalam persidangan itu, Romashov dan dua tahanan lainnya memberikan kesaksian.
Namun skandal penyiksaan terbesar di negara itu hingga saat ini terjadi di wilayah Siberia, Irkutsk.
Setelah gelombang protes pada musim semi 2020 di Penjara 15 di Angarsk, dekat kota Irkutsk, pihak berwenang mengirim pasukan anti huru-hara. Ratusan tahanan ditangkap dan dibawa ke dua pusat penahanan. Di sana, para sipir penjara dan pressovskiki sudah menanti para tahanan.
Denis Pokusaev, salah satu yang mengaku disiksa di penjara itu, menjalani hukuman tiga tahun karena penipuan. Dia berkata, sipir penjara angkat bicara soal alasan penyiksaan tersebut.
"Mereka mengatakan kepada saya: 'Apakah Anda pikir kami peduli Anda bersalah atau tidak? Anda terlibat kasus kerusuhan, jadi Anda akan dimintai pertanggungjawaban untuk itu'," ujarnya.
Pokusaev mengatakan penganiayaan itu berlangsung tanpa henti.
"Pelecehan berlangsung selama hampir tiga bulan, setiap hari, kecuali akhir pekan," ujarnya.
Dia mengatakan para sipir terlibat dalam berbagai penyiksaan itu. "Mereka tertawa, makan buah. Seseorang diperkosa dengan berbagai macam benda dan mereka hanya tertawa. Mereka menikmatinya," ungkapnya.
Pokusaev mengatakan, dia masih dihantui oleh apa yang terjadi padanya.
"Saya datang ke hutan di sebelah rumah kami hampir setiap hari. Saya meneriakkan kata-kata kotor, meneriakkan ini semua untuk menghindari menyimpannya di dalam diri saya,” terangnya.
Namun dia bertekad untuk mendapatkan keadilan. Dia percaya keadilan itu bisa diraih jika para korban berani untuk berbicara.
"Saat ini, orang-orang di Rusia takut untuk keluar dan mengatakan apa pun. Itulah penyebab banyak orang tidak mendapatkan keadilan," tambahnya.
Pokusaev termasuk di antara sekitar 30 pria yang telah memenangkan hak untuk diakui secara hukum sebagai korban dalam insiden tersebut. Dia juga salah satu dari sedikit yang siap bersaksi di pengadilan.
Beberapa persidangan lain diharapkan akan digelar. Dalam kasus Pokusaev, dia dan beberapa narapidana lainnya akan segera memberikan bukti terhadap dua sipir penjara.
Dua sipir itu sejauh ini selalu membantah tuduhan terhadap mereka. Yulia dan semua yang memberikan kesaksian dalam kasus tersebut telah diminta untuk menandatangani perjanjian kerahasiaan. Tidak jelas apakah salah satu temuan akan berujung pada reformasi sistem penjara.
Sejumlah Aktivis HAM memperkirakan setidaknya 350 tahanan disiksa di penjara setelah kerusuhan terjadi di Penjara 15, Angarsk.
Sementara itu, BBC meminta Pusat Layanan Penjara Rusia untuk mengomentari tuduhan tentang penyiksaan dan pemerkosaan tersebut. Namun mereka tidak merespon permintaan wawancara.
(Susi Susanti)