Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Belajar dari Swaziland, Negara Kecil di Daratan Afrika yang Harus Membayar Mahal Ongkos Pergantian Nama Negara

Tim Okezone , Jurnalis-Jum'at, 19 Agustus 2022 |04:00 WIB
Belajar dari Swaziland, Negara Kecil di Daratan Afrika yang Harus Membayar Mahal Ongkos Pergantian Nama Negara
Raja Mswati III dari Swaziland/ Foto: Reuters
A
A
A

JAKARTA - Beberapa tahun lalu, raja salah satu kerajaan absolut terakhir di dunia berpidato di depan khalayak di sebuah stadion olahraga kecil di Afrika selatan.

"Negara-negara Afrika, ketika mendapatkan kemerdekaan, kembali ke nama kuno mereka sebelum mereka dijajah," kata Yang Mulia Raja Mswati III kepada mereka yang berkumpul di sana.

Pada saat itu dia masih raja Swaziland, tetapi Swaziland tidak ada lagi.

 BACA JUGA:DPR Sebut Keppres HAM Berat Jadi Pelengkap Proses Hukum

"Jadi, mulai sekarang negara ini akan secara resmi dikenal sebagai Kerajaan eSwatini," katanya seperti dilansir dari BBC, Kamis (18/8/2022).

Terlalu sering, kata dia, orang salah dengar antara Swaziland dan negara yang kedengarannya mirip, yaitu Switzerland, ketika disebut di luar negeri.

Meskipun nama eSwatini (diucapkan "eh-swa-TII-nii"), yang berarti 'Rumah orang-orang Swazi', tidak baru dan sering digunakan secara lokal, pengumuman itu mengejutkan warga negaranya dan seluruh dunia.

 BACA JUGA:Indocement (INTP) Raup Laba Rp291,54 Miliar di Semester-2022

Sekarang, setelah diresmikan secara hukum, perubahan ini membuat banyak orang bertanya-tanya. Bagaimana dan dalam bentuk apa perubahan akan dilakukan?

Dan berapa harga yang harus dibayar bangsa berpenduduk 1,5 juta orang ini untuk rebranding negara mereka?

eSwatini adalah negara yang terkurung daratan, berbatasan dengan Mozambik dan Afrika Selatan. Seperti banyak negara di Afrika, kerajaan ini telah berjuang mendefinisikan kembali dirinya di era pascakolonial.

Raja Mswati III memilih hari perayaan 50 tahun berakhirnya pemerintahan kolonial Inggris untuk mengumumkan keputusannya tentang perubahan nama nasional.

Itu pasti punya makna pribadi juga, karena 19 April juga adalah hari ulang tahun ke-50 raja. Nama eSwatini diambil warga dari nama Raja Mswati II, raja dari abad ke 19.

Kerajaan eSwatini adalah negara pertanian. Sekitar 70% dari populasi bergantung pada pertanian swasembada, menanam makanan untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Bit gula mentah, tebu serta gula rafinasi mencakup lebih dari seperlima ekspor.

eSwatini tidak semiskin sebagian negara-negara Afrika lain, tetapi mereka bergantung pada ekonomi Afrika Selatan. Mereka juga punya beberapa tantangan signifikan—termasuk tingkat prevalensi HIV dewasa tertinggi di dunia.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement