Virus papiloma ada di mana-mana di antara hewan, termasuk beruang, lumba-lumba, kura-kura, ular, dan burung — faktanya, virus ini ditemukan di hampir semua spesies yang telah dipelajari keberadaannya.
Di antara manusia saja, ada lebih dari 100 jenis galur yang beredar, yang secara kolektif bertanggung jawab atas 99,7% kanker serviks di seluruh dunia.
Dari jumlah tersebut, salah satu yang paling mematikan adalah HPV-16, yang mampu bertahan di dalam tubuh selama bertahun-tahun karena diam-diam merusak sel yang diinfeksinya.
Tetapi ada perbedaan yang jelas ditinjau dari tempat varian tertentu ditemukan.
Kemungkinan besar Anda akan menjumpai tipe A, sementara di sub-Sahara Afrika kebanyakan orang terinfeksi tipe B dan C.
Menariknya, polanya persis sama dengan penyebaran DNA Neanderthal di seluruh dunia - tidak hanya pada manusia di sub-Sahara Afrika yang membawa jenis HPV tidak umum, tetapi mereka juga membawa materi genetik Neanderthal relatif sedikit.
Untuk mengetahui apa yang sedang terjadi, Pimenoff menggunakan keragaman genetik di antara tipe A zaman sekarang untuk menghitung bahwa varian itu pertama kali muncul sekitar 60.000 hingga 120.000 tahun lalu.
Usia varian tersebut jauh lebih muda daripada jenis HPV-16 lainnya — dan yang terpenting, ini terjadi sekitar periode manusia modern awal muncul dari Afrika, dan melakukan kontak dengan Neanderthal.
Meskipun sulit untuk membuktikannya secara pasti, Pimenoff yakin mereka segera mulai bertukar penyakit menular seksual — dan bahwa perbedaan varian HPV-16 mencerminkan fakta bahwa manusia memperoleh tipe A dari antesendannya.
"Saya mengujinya ribuan kali menggunakan teknik komputasi, dan hasilnya selalu sama — ini adalah skenario yang paling masuk akal," kata Pimenoff.
Berdasarkan cara penyebaran virus HPV saat ini, ia menduga bahwa virus tersebut tidak hanya sekali ditularkan ke manusia, tetapi berulang kali dalam kesempatan berbeda.
"Sangat kecil kemungkinannya hal itu terjadi hanya sekali, karena ada kemungkinan besar bahwa penularan tidak akan bertahan lebih lanjut," ujarnya.
"Hubungan seksual ini pasti agak khas di Eurasia, di daerah kedua populasi manusia ada saat itu,” tambahnya.
Menariknya, Pimenoff juga percaya bahwa akuisisi tipe A dari Neanderthal menjelaskan mengapa itu sangat berbahaya pada manusia — karena manusia pertama kali menemukannya relatif baru-baru ini, sistem kekebalan kita belum berevolusi untuk dapat membersihkan infeksi.
Faktanya, berhubungan seks dengan Neanderthal mungkin menularkan berbagai virus ke manusia modern, termasuk kerabat kuno HIV. Tetapi tidak perlu merasa kesal terhadap kerabat kita yang telah lama punah, karena ada juga bukti bahwa kita juga menularkan penyakit seksual ke Neanderthal — termasuk herpes.
Meskipun mungkin tampak kasar untuk bertanya-tanya seperti apa penis dan vagina Neanderthal, alat kelamin berbagai organisme telah menjadi subjek penelitian ilmiah yang sangat luas; pada saat penulisan artikel ini, pencarian kalimat "evolusi penis" di Google Scholar menghasilkan 98.000 artikel, sedangkan "evolusi vagina" menghasilkan 87.000.
Ternyata organ seksual hewan dapat mengungkapkan banyak hal mengejutkan tentang gaya hidup, strategi kawin, dan sejarah evolusi mereka — jadi keingintahuan tentang bagaimana organ seksual mereka hanyalah cara lain untuk memahaminya.
Kerajaan hewan berisi berbagai bentuk alat kelamin. Ini termasuk gurita argonaut yang penisnya berbentuk cacing dan dapat dilepas berenang sendirian untuk kawin dengan betina — fitur praktis yang diperkirakan telah berkembang karena ukuran jantan hanya sekitar 10% dari ukuran betina. Ada pula kanguru, yang punya tiga vagina sehingga betina bisa terus-menerus hamil.
Salah satu ciri penis manusia yang tidak biasa adalah bentuknya yang halus. Kerabat terdekat kita, simpanse biasa dan simpanse bonobo — yang memiliki sekitar 99% DNA kita — memiliki "tulang penis".
Tulang kecil ini, yang terbuat dari bahan yang sama dengan kulit dan rambut (keratin), diperkirakan telah berevolusi untuk membersihkan sperma jantan pesaing, atau membuat vagina betina lecet ringan sehingga membuatnya tidak bisa berhubungan seks lagi untuk sementara waktu.
Pada 2013 lalu, para ilmuwan menemukan kode genetik penis simpanse kurang memiliki genom Neanderthal dan Denisovan, seperti pada manusia modern. Hal ini menunjukkan bahwa itu telah menghilang dari nenek moyang serumpun kita setidaknya 800.000 tahun yang lalu.
Ini penting, karena tulang penis dianggap paling berguna pada spesies banyak pasangan, yang dapat membantu jantan bersaing dengan jantan lainnya dan memaksimalkan peluang untuk bereproduksi. Hal ini menimbulkan spekulasi bahwa — seperti kita — Neanderthal dan Denisovan sebagian besar monogami.
Namun, ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa Neanderthal memang lebih sering berhubungan seks daripada manusia modern.
Penelitian pada janin telah menunjukkan bahwa kehadiran androgen seperti testosteron di dalam rahim dapat memengaruhi "digit ratio" seseorang saat memasuki usia dewasa — ukuran perbandingan panjang jari telunjuk dan jari manis, dihitung dengan membagi telunjuk dengan jari manis
Dalam lingkungan testosteron tinggi, orang cenderung berakhir dengan rasio yang lebih rendah. Ini benar terlepas dari jenis kelamin biologis.
Sejak penemuan ini, keterkaitan antara digit ratio dan daya tarik wajah, orientasi seksual, pengambilan risiko, kinerja akademis, seberapa berempati wanita, seberapa dominan pria terlihat, dan bahkan ukuran testis mereka — meskipun beberapa penelitian di bidang ini masih kontroversial.