YANGON – Setidaknya 11 anak sekolah tewas dalam serangan udara dan penembakan di sebuah desa Myanmar, kata badan anak-anak PBB, UNICEF. Junta Myanmar menyebut serangan tersebut menargetkan pemberontak yang bersembunyi di daerah itu.
Myanmar berada dalam kekacauan sejak militer merebut kekuasaan dalam kudeta pada Februari tahun lalu, dengan hampir 2.300 warga sipil tewas dalam tindakan keras terhadap perbedaan pendapat menurut kelompok pemantau lokal.
Wilayah Sagaing di barat laut negara itu telah menyaksikan beberapa pertempuran paling sengit, dan di tengah bentrokan antara pejuang anti-kudeta dan militer, seluruh desa telah dibakar.
Badan anak-anak PBB UNICEF mengutuk insiden pada Jumat, (16/9/2022) di kotapraja Depeyin di Sagaing.
“Pada 16 September, setidaknya 11 anak tewas dalam serangan udara dan tembakan membabi buta di wilayah sipil,” kata UNICEF dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan Senin, (19/9/2022).
Dikatakan sekolah harus aman dan tidak pernah ditargetkan.
“Setidaknya 15 anak dari sekolah yang sama masih hilang,” kata UNICEF sebagaimana dilansir AFP, menyerukan mereka yang masih selamat untuk segera dibebaskan.
Rekaman video yang diperoleh dari kelompok masyarakat setempat menunjukkan ruang kelas dengan darah di lantai, kerusakan pada atap dan seorang ibu menangisi mayat putranya.
Junta membenarkan bahwa mereka telah mengirim pasukan dengan helikopter ke desa itu setelah menerima petunjuk bahwa para pejuang dari Tentara Kemerdekaan Kachin - sebuah kelompok pemberontak etnis - dan dari milisi anti-kudeta setempat sedang memindahkan senjata di daerah itu.
Follow Berita Okezone di Google News