INDONESIA akan menggelar pesta demokrasi yakni Pemilu 2024. Berbagai partai politik giat melakukan persiapan demi mendulang kepercayaan masyarakat.
Jika ditilik ke belakang, ada banyak tokoh besar Indonesia yang mendirikan partai politik. Mulai dari Soekarno hingga Tan Malaka, berikut adalah 4 tokoh Indonesia pendiri partai politik.:
1. Soekarno
Soekarno adalah salah satu tokoh pendiri PNI (Partai Nasional Indonesia) yang resmi berdiri pada 4 Juli 1927 di Bandung.
Dalam Journal of Indonesian History berjudul ‘Partai Nasional Indonesia Pada Pemilihan Umum Tahun 1955 di Semarang’ (2012), disebutkan bahwa bukan hanya Soekarno yang berada di balik terbentuknya PNI, namun juga ada Sartono, Tjipto Mangunkusumo, Sunaryo, dan Iskaq Tjokrohadisuryo.
Namun, keberadaan PNI dianggap sebagai ancaman bagi Belanda karena partai ini menyebarkan ajaran pergerakan di Tanah Air. Alhasil, Belanda memerintahkan penangkapan pendiri PNI pada 29 Desember 1929.
2. Douwes Dekker
Lanjutnya, ada tokoh Ernest Douwes Dekker yang menjadi pionir berdirinya partai pertama di Indonesia, Indische Partij. Meskipun memiliki darah Eropa, namun Dekker sangat ingin terciptanya kemerdekaan bagi masyarakat Indonesia dan menjadi pelopor gerakan nasionalisme di era awal abad ke-20.
Di sisi lain, dirinya yang bukan seorang Belanda murni, kerap mendapat diskriminasi dari rekan-rekannya yang murni berdarah Belanda. Hal itu pula yang mendorongnya untuk membentuk Indische Bond, di mana orang asli Hindia Belanda atau Indo (darah campuran) bisa memimpin organisasi itu.
Tidak sendiri, Dekker ditemani oleh 2 orang sahabatnya, Ki Hadjar Dewantara dan Tjipto Mangunkusumo. Ketiganya bahkan terkenal dengan sebutan ‘Tiga Serangkai’.
Dalam artikel yang dikeluarkan Kemendikbud tahun 2018 berjudul ‘Kaum Nasionalis Dalam Dunia Pergerakan’ karya Bondan Kanumoyoso, partai yang berdiri tahun 1912 itu dimanfaatkan sebagai wadah perjuangan guna mewujudkan Indonesia merdeka. Meskipun masih menggunakan nama Belanda, namun keanggotaan partai ini terbuka bagi seluruh masyarakat Hindia Belanda. Ideologi yang digunakan adalah nasionalisme Tanah Air.
3. Soepomo
Bersama dengan Soekarno dan Ki Hadjar Dewantara, Soepomo berkolaborasi dan memunculkan gagasan untuk mendirikan Golkar (Golongan Karya). Mantan Menteri Kehakiman RI itu melemparkan gagasan berupa integralisti-kolektivis yang digaungkan sejak tahun 1940.
Melansir laman resminya, ketiga tokoh tersebut mewujudkannya dengan keberadaan Golongan Fungsional. Di tahun 1959, namanya berubah menjadi Golongan Karya. Sebenarnya, pembentukan Golongan Karya awalnya dimaksudkan sebagai wakil dari berbagai golongan di tengah masyarakat.
Di awal berdirinya, Golkar bukanlah berbentuk partai dan merupakan organisasi alternatif dari golongan fungsional. Gerakan ini berubah menjadi partai politik ketika Soekarno dan A.H Nasution memanfaatkan Golkar untuk melawan PKI.
4. Tan Malaka
Tan Malaka adalah tokoh penting di balik berdirinya Partai Musyawarah Rakyat Banyak atau Murba pada 7 November 1948. Selain Tan Malaka, tokoh lain yang terlibat dalam pendirian partai ini adalah Chaerul Saleh, Adam Malik, dan Sukarni.
Alih-alih dipandang sebagai pejuang mempertahankan kemerdekaan yang revolusioner, pemerintah pada masa itu justru menganggap Tan Malaka sebagai pemberontak yang harus dihilangkan.
Usai sukses mendirikan partai Murba, Tan Malaka hilang secara misterius pada Februari 1949. Sementara itu, pendirian Murba yang tepat setelah peristiwa PKI di Madiun menjadikan pandangan negatif bagi partai ini. Banyak pihak menduga bahwa Murba merupakan partai komunis baru yang meggantikan PKI.
*diolah dari berbagai sumber
Ajeng Wirachmi-Litbang MPI
(Qur'anul Hidayat)