Di Surabaya, secara terang-terangan Huijer menentang revolusi yang dikobarkan para pejuang Indonesia. Sikap Huijer bahkan memancing kemarahan para pejuang di Surabaya, alhasil Huijer ditangkap dan ditahan oleh aparat keamanan Indonesia di penjara Kalisosok Surabaya.
Bahkan pada saat menjelang kedatangan tentara Inggris di Surabaya, Drg. Moestopo yang saat itu telah mengangkat diri menjadi menteri pertahanan mengajak rakyat Surabaya bersiap - siap untuk melakukan peperangan dengan pasukan Inggris. Rakyat Surabaya diajak untuk bersiaga menyambut kedatangan tentara Inggris dengan senjata.
Moestopo menyeru demikian sambil mengendarai mobil terbuka, dan pedang terhunus di tangan. Ia menyeru sambil teriak - teriak di sepanjang jalan di Surabaya, menyadarkan rakyat atas bahaya yang sedang mengancam.
Baca juga: Cerita di Balik Pidato Heroik Bung Tomo sebelum Perang 10 November
Moestopo pula yang turut menyeru berpidato lantang melalui radio pada malam harinya. Secara khusus ia memperingatkan kepada tentara Inggris dan NICA (Netherlands Indies Civil Administration), agar jangan mendarat di Surabaya. Namun tentara Inggris tetap mendarat di Surabaya, dengan diikuti tentara NICA yang membonceng tentara Inggris. Hal ini memicu gejolak rakyat Indonesia dan memunculkan pergerakan perlawanan rakyat Indonesia di mana - mana.
Baca juga: 7 Kebiasaan Bung Tomo yang Tidak Diketahui Banyak Orang, Menulis Puisi Salah Satunya
Tak berselang lama setelah tentara Inggris mendarat, dua orang perwira staf Mallaby menemui Gubernur Soerjo. Dua orang perwira staf Mallaby bermaksud untuk mengajak Gubernur Soerjo dan seorang wakil BKR untuk berunding dengan Mallaby. Tetapi undangan itu ditolak oleh Gubernur Soerjo dengan alasan ia harus memimpin rapat.