Kisah Lyudmila Pavlichenko, Sniper Wanita Paling Mematikan yang Berjuluk Lady Death
Sejak kecil Lyudmila Pavlichenko terkenal sangat berbakat pada bidang olahraga dan atletik. Ia juga sangat gemar menembak. Bakat menembaknya terendus oleh seorang anak laki-laki yang membual tentang prestasinya.
Sejak ia mengembangkan kemampuan olahraga dan bergabung dalam klub menembak. Bahkan tak perlu waktu lama bagi Pavlichenko untuk mendapatkan sertifikat sebagai penembak ahli.
Menginjak dewasa, Pavlichenko mengenyam pendidikan di Universitas Kiev. Namun, Pavlichenko memutuskan untuk masuk militer setelah mendengar Heater membutuhkan pasukan untuk operasi Barbarossa tahun 1942.
Saat itu Pavlichenko baru berusia 24 tahun. Ia berlari ke kantor perekrutan yang berada di Odessa, Ukrainan. Petugas perekrutan langsung menolak Pavlichenko karena ia adalah wanita. Para petugas menyarankan Pavlichenko untuk mendaftar sebagai tenaga medis saja.
Namun, perkataan tersebut ditarik kembali setelah melihat sertifikat penembak profesional miliki Pavlichenko. Ia akhirnya bertugas di Divisi 25 Red Army sebagai sniper handal. Dari 2000 wanita yang terdaftar Red Army, hanya 500 wanita saja yang bertahan.
Karena kekurangan senjata Pavlichenko harus bertahan dengan granat pecah di tangannya. Sampai akhirnya, ada seorang rekan satu perjuangan Pavlichenko yang terluka dan terjatuh. Rekannya itu memberikan bolt-action Mosin-Nagant kepadanya. Kesempatan itu menjadi awal bagi Pavlichenko membuka “rekening pribadi musuhnya’.
Kehebatan Pavlichenko membuat Jerman gemetar. Mereka berupaya menyogok Pavlichenko untuk masuk ke dalam militernya. Bahkan musuh pernah mengancam akan mencabik-cabik tubuh Pavlichenko menjadi 309 bagian jika menemukannya.
