Serangan dahsyat ini diikuti satu jam kemudian oleh gelombang kedua dari 163 pesawat Jepang. Dalam waktu dua jam, 21 kapal perang AS telah tenggelam atau rusak, 188 pesawat hancur dan 2.403 prajurit Amerika tewas. Banyak dari kapal-kapal ini diperbaiki untuk digunakan bertempur dalam perang berikutnya.
Namun yang terpenting, ketiga kapal induk Armada Pasifik tidak berada di Pearl Harbor selama serangan itu dan berhasil lolos dari kerusakan. Mereka terbukti penting dalam Kampanye Pasifik yang akan datang.
Melansir dari History, Jepang memiliki ambisi untuk menguasai wilayah-wilayah tetangga sekaligus mengambil alih pasar impornya. Hal ini dipercaya oleh pemerintah Jepang untuk memecahkan masalah ekonomi dan demografis yang dialami saat itu.
Untuk tujuan ini, Jepang menyatakan perang terhadap Cina pada tahun 1937, yang mengakibatkan Pembantaian Nanking dan kekejaman lainnya. Amerika Serikat sangat tidak senang dengan sikap Jepang yang semakin agresif terhadap China.
Beberapa tahun kemudian tepatnya pada Juli 1939, Amerika Serikat menghentikan kerja sama dagang dengan Jepang yang tertuang dalam Perjanjian Perdagangan dan Navigasi 1911. Alasannya adalah karena negeri Paman Sam ini merasa terganggu sehingga menekan Jepang dengan tidak lagi mengekspor minyak dan memindahkan pangkalan militer udara dari San Diego ke Hawaii.
Sebaliknya, sanksi tersebut membuat Jepang lebih bertekad untuk tetap bertahan dalam ambisi menguasai China. Berbulan-bulan terjadi negosiasi antara Tokyo dan Washington DC, tetapi tidak ada pihak yang mau mengalah. Oleh karena, perang tidak bisa dihindari.
(Susi Susanti)