SEKITAR 1870 SM, di kota Assur yang terletak di utara Irak, seorang perempuan bernama Ahaha mengungkap kasus penipuan keuangan. Ahaha telah berinvestasi dalam perdagangan jarak jauh antara Assur dan kota Kanesh di Turki.
Ahaha dan mitra investornya mengumpulkan perak untuk membiayai karavan keledai yang mengirimkan timah dan tekstil ke Kanesh, di mana barang-barang itu akan dibarter dengan lebih banyak perak, menghasilkan keuntungan yang lumayan.
Akan tetapi, Ahaha tak menerima keuntungan yang semestinya ia dapatkan, kemungkinan karena digelapkan oleh salah satu saudara laki-lakinya, Buzazu. Jadi, ia mengambil pena dan tablet yang terbuat dari tanah liat, kemudian menulis sebuah surat kepada saudara laki-lakinya yang lain, Assur-mutappil, dan meminta bantuan.
"Saya tak punya apa-apa selain dana ini," tulisnya dalam aksara paku, seperti dilansir dari BBC Indonesia.
BACA JUGA:Penemuan Gigi Ikan Purba Usia 780.000 Tahun Ungkap Tanda Awal Zaman Memasak
"Berhati-hatilah bertindak supaya saya tidak hancur!"
Ahha pun meminta Assur-mutappil mendapatkan kembali peraknya dan membalas suratnya.
"Biarkan suratmu datang pada saya dalam karavan berikutnya, dan menjelaskan apakah mereka membayarkan peraknya," tulisnya di tablet lain.
"Sekarang adalah waktu untuk membantu saya dan menyelamatkan saya dari tekanan finansial!"
BACA JUGA:Sejarah Penemuan Fitur Copy Paste yang Masih Digunakan Sampai Sekarang
Surat Ahaha adalah salah satu di antara 23.000 tablet tanah liat yang ditemukan dalam penggalian selama beberapa dekade terakhir di reruntuhan pemukiman pedagang di Kanesh.
Puluhan ribu tablet itu dimiliki oleh ekspatriat dari Asiria yang telah lama menetap di Kanesh dan terus melakukan korespondensi dengan keluarga mereka di Assur, yang berjarak enam pekan perjalanan menggunakan karavan keledai.