Perjanjian tersebut juga telah dikritik karena kurangnya janji yang dapat diukur untuk mengurangi produksi dan konsumsi, yang merupakan pendorong utama hilangnya keanekaragaman hayati.
Perjanjian tersebut juga diketahui tidak mengikat secara hukum. “Negara-negara telah menyetujui kerangka pemantauan untuk mengevaluasi kemajuan tetapi tidak ada komitmen yang mengikat yang membuat seluruh mekanisme terlihat lemah,” kata Imma Oliveras Menor, peneliti senior di Institut Perubahan Lingkungan, Universitas Oxford kepada Science Media Center di London.
Kendati demikian, banyak yang masih tetap optimis dengan hati-hati. “Perjanjian Kunming-Montreal yang diadopsi hari ini memberi alam kesempatan berjuang untuk pemulihan di dunia yang saat ini terbagi oleh geopolitik dan ketidaksetaraan,” kata Lin Li, direktur senior kebijakan dan advokasi global di WWF International.
Adapun KTT keanekaragaman hayati berikutnya akan berlangsung pada 2024 dan diharapkan negara-negara memperkuat komitmen keuangan untuk menghentikan hilangnya keanekaragaman hayati.
Sebagai informasi, jalan menuju kesepakatan ini sudah lama dan penuh dengan penundaan. Seharusnya kesepakan ini dilakukan di Kunming, China, tetapi kesulitan yang ditimbulkan oleh kebijakan nol-Covid di negara itu membuat hal itu tidak mungkin dilaukan.