THAILAND - Para pejabat angkatan laut Thailand mengatakan pada Selasa (20/12/2022) bahwa tidak ada cukup jaket pelampung untuk semua orang di atas kapal perang yang tenggelam pada Senin (19/12/2022) pagi dalam cuaca buruk di Teluk Thailand. Insiden itu menewaskan enam orang.
Panglima Angkatan Laut Kerajaan Thailand Laksamana Cherngchai Chomcherngpat dalam konferensi pers mengatakan dua puluh tiga orang masih hilang setelah tenggelamnya korvet HTMS Sukhothai. Sedangkan 76 orang telah diselamatkan.
Cherngchai mengatakan kapal itu membawa 105 orang pada saat tenggelam, 30 orang lebih banyak dari biasanya, dan jaket pelampung tidak cukup untuk mereka semua.
BACA JUGA: 6 Marinir Ditemukan Tewas Setelah Kapal AL Laut Thailand Tenggelam, 23 Masih Hilang
Laksamana menambahkan perwira tambahan naik karena kapal itu mengambil bagian dalam memberi hormat kepada pendiri angkatan laut Thailand.
BACA JUGA: Kapal Angkatan Laut Thailand Tenggelam, 33 Marinir Masih Hilang
"Biasanya lebih banyak jaket pelampung harus ditambahkan untuk perwira tambahan,” terangnya, dikutip CNN.
“Para kru menyadari sepenuhnya tentang masalah tidak memiliki jaket penyelamat yang cukup untuk 30 petugas tambahan. Mereka mencoba menggunakan alat lain yang bisa menyelamatkan nyawa petugas yang tidak memiliki jaket pelampung,” lanjutnya.
Beberapa dari mereka yang tidak memiliki jaket pelampung mencoba melarikan diri dengan rakit tiup, beberapa di antaranya disimpan di atas korvet dan beberapa di antaranya dijatuhkan oleh helikopter penyelamat dan kapal lainnya.
Laksamana mengatakan dari 30 orang tanpa jaket pelampung, 18 telah diselamatkan dan sisanya masih hilang.
“Dengan atau tanpa jaket pelampung (itu) tidak mempengaruhi kemungkinan bertahan hidup,” tambahnya.
Dia mengatakan kapal itu tenggelam setelah air laut masuk dan melumpuhkan sistem tenaganya.
Ombak setinggi antara 3 dan 4 meter (10 kaki hingga 13 kaki) pada saat itu dan suhu air sekitar 29 derajat Celcius (84 derajat Fahrenheit).
Air memasuki bagian depan kapal perang sepanjang 252 kaki (76,8 meter) sekitar pukul 20:45 pada Minggu (18/12/2022).
Namun banjir berlanjut selama lebih dari tiga jam. Lalu akhirnya melumpuhkan mesin kapal dan sistem kelistrikan dan menghancurkan upaya untuk memompanya keluar.
Tim penyelamat dengan helikopter mencoba menurunkan pompa air ke kapal tetapi upaya itu digagalkan karena mulai miring.
Laksamana menepis anggapan bahwa kapal berusia hampir 40 tahun itu mungkin tidak dalam kondisi yang tepat untuk menangani laut lepas, dengan mengatakan kapal itu telah di upgrade beberapa kali dalam beberapa tahun terakhir.
(Susi Susanti)