INDRAMAYU - Gelombang tinggi yang terjadi di wilayah pesisir Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, mengakibatkan sejumlah desa di lima kecamatan terendam banjir rob. Desa Eretan Kulon, Kecamatan Kandanghaur, menjadi desa yang terdampak paling parah.
Sebanyak 2.095 rumah terendam, 21 rumah di antaranya ambruk serta 16 rumah lainnya rusak ringan. Selain itu, 7 sarana pendidikan dan 9 sarana ibadah juga turut terendam banjir. Sedikitnya 879 warga mengungsi ke sejumlah tempat aman.
Tentu hal itu menyisakan berbagai kisah duka dari para korban. Tak sedikit cerita pilu puluhan warga yang harus kehilangan rumah dan entah bagaimana kelangsungan hidup setelahnya, karena harta mereka habis tersapu gelombang tinggi yang mencapai tiga meter.
Terlebih, diantara mereka bahkan ada yang sempat tertimbun puing bangunan dan pada akhir selamat saat maut hampir menjemput nyawanya.
Sutiah (50), warga Desa Eretan Kulon Blok Kebon I, yang berhasil lolos dari maut meski terkubur material bangunan rumahnya.
"Alhamdulillah, saya selamat dari maut. Padahal waktu itu saya berfikir akan mati dan tidak mungkin selamat," ujar dia, kepada MNC Portal Indonesia (MPI), di tempat pengungsian, di Balai Desa Kertawinangun, Kecamatan Kandanghaur, Minggu 1 Januari 2023.
Sutiah pun menceritakan kronologi kejadian gelombang tinggi memporak-porandakan rumahnya yang berjarak satu meter dari laut hingga dirinya lolos dari maut.
"Ombak besar itu terjadi pada hari Sabtu 31 Desember 2022 pukul 04.00 WIB. Waktu itu saya di rumah berdua sama suami habis beres-beres perkakas untuk ditaruh ke bagian rumah yang lebih tinggi, karena saat itu air sudah menggenangi lantai rumah. Ketika saya mau ngambil baju, terus tiba-tiba ombak datang sangat besar sekali, kemudian menghantam rumah saya hingga roboh," kata dia.
Material rumahnya yang roboh itu menimpa tubuh Sutiah hingga ia tertimbun. Suami Sutiah yang lolos dari reruntuhan pun seketika panik saat menyadari istrinya terjebak diantara puing-puing bangunan.
"Punggung dan kepala saya tertimpa material bangunan rumah yang sudah rata dengan tanah, saat itu saya benar-benar sudah tidak bisa keluar," ungkap dia.
Sutiah berfikir, jika dirinya sudah tidak mungkin selamat. Ia pun kemudian meminta suaminya yang saat itu berupaya menolongnya seorang diri untuk segera pergi dan jangan pedulikan dirinya.
"Saya sudah berfikir kalau saya sudah tidak mungkin selamat, makanya saya suruh suami saya untuk pergi menyelamatkan diri dan jangan pedulikan saya. Tapi suami saya gak mau, dia tetap ingin menemani dan mencoba menolong saya," terang dia.
Follow Berita Okezone di Google News