AMMAN - Raja Yordania Abdullah II mengatakan bahwa negaranya “cukup siap” jika pemerintah baru Israel menginginkan konflik. Hal itu disampaikan Raja Abdullah II sebagai peringatan bagi Israel jika mencoba mengubah status Masjid Al Aqsa di Yerusalem.
"Jika orang-orang (pemerintah Israel) ingin terlibat konflik dengan kami, kami cukup siap," kata Raja Abdullah II dalam wawancara eksklusif dengan CNN awal Desember lalu.
"Saya selalu percaya bahwa, mari kita lihat gelasnya setengah penuh, tetapi kita memiliki garis merah tertentu… Dan jika (Israel) ingin mendorong garis merah itu, maka kita akan menghadapinya."
Raja Abdullah II merujuk potensi perubahan Israel pada status situs suci umat Muslim dan Kristen di kota Yerusalem yang diduduki. Yordania berperan sebagai penjaga tempat-tempat suci di Yerusalem Timur yang diduduki.
"Kita harus memperhatikan intifada berikutnya," kata sang raja sebagaimana dilansir Middle East Monitor. "Dan jika itu terjadi, itu adalah pelanggaran hukum dan ketertiban yang lengkap dan yang tidak akan diuntungkan oleh Israel maupun Palestina."
BACA JUGA:Â Penasihat Presiden Palestina: Aneksasi Tepi Barat Akan Memicu Intifada Ketiga
Dia melanjutkan: "Saya pikir ada banyak perhatian dari kita semua di kawasan ini, termasuk orang-orang di Israel yang berada di pihak kita dalam masalah ini, untuk memastikan hal itu tidak terjadi."
Mengacu pada Anggota sayap kanan Knesset Itamar Ben Gvir dan Bezalel Smotrich, yang merupakan mitra Perdana Menteri terpilih Benjamin Netanyahu dalam pemerintahan koalisi baru, dia berkata: "Saya tidak berpikir orang-orang itu berada di bawah mikroskop Yordania. Mereka berada di bawah mikroskop internasional. Saya harus percaya bahwa ada banyak orang di Israel yang juga peduli seperti kita."
Follow Berita Okezone di Google News