TURKI – Gempa hebat magnitudo 6,4 berpusat di dekat kota Turki Antakya mengguncang wilayah perbatasan Turki dan Suriah pada Senin (21/2/2023). Gempa ini terasa di Suriah, Mesir, dan Lebanon.
Kepala Kepresidenan Manajemen Bencana dan Darurat Turki mengatakan 294 orang terluka dalam gempa bumi baru.
“Semoga Tuhan mengampuni warga kita yang kehilangan nyawanya. Saya berharap pemulihan yang cepat untuk luka kami,” tweetnya.
BACA JUGA: Gempa Dahsyat M6,4 Kembali Guncang Turki, 6 Orang Meninggal dan 294 Terluka
“Upaya pencarian dan penyelamatan kami di wilayah tersebut terus berlanjut tanpa gangguan,” lanjutnya.
BACA JUGA: Gempa Susulan Magnitudo 6,4 Guncang Turki, RS Lapangan Indonesia Terima Limpahan Pasien
Di Antakya, seorang pria memeluk dan menghibur orang lain yang menangis setelah berita tentang orang-orang yang tewas di kota yang sudah hancur setelah mereka memasuki sebuah gedung untuk mengambil harta benda ketika gempa terakhir melanda, meruntuhkan bangunan tersebut.
Tim penyelamat menurunkan salah satu korban tewas, terbungkus dalam tas kuning, menuruni tangga dari blok apartemen yang hancur, sebelum dimasukkan ke dalam peti mati untuk diangkut dengan mobil van kota.
Pemerintah Presiden Recep Tayyip Erdogan telah menghadapi kritik tentang apa yang dikatakan banyak orang Turki sebagai respons darurat yang lambat terhadap gempa pertama dan atas kebijakan konstruksi yang berarti ribuan bangunan apartemen runtuh menimpa para korban ketika bencana melanda.
Erdogan, yang berkuasa selama dua dekade, menghadapi pemilihan presiden dan parlemen pada Mei, meskipun bencana itu dapat menyebabkan penundaan. Bahkan sebelum gempa, jajak pendapat menunjukkan dia berada di bawah tekanan krisis biaya hidup, yang dapat memburuk karena bencana telah mengganggu produksi pertanian.
Dia telah menjanjikan upaya rekonstruksi yang cepat, meskipun para ahli mengatakan itu bisa menjadi resep untuk bencana lain jika langkah-langkah keselamatan dikorbankan dalam perlombaan untuk membangun kembali.
Sementara itu, aktivis Suriah Abdul Kafi al-Hamdo dan penduduk wilayah Idlib yang dikuasai pemberontak di barat laut Suriah mengatakan kebanyakan orang menjauh dari bangunan yang lemah.
“Semua orang di sini tidak aman dari apa pun. Mereka tidak mempercayai apa pun meskipun bangunan mereka sangat kuat,” katanya kepada Al Jazeera dari Idlib.
“Orang-orang takut pada malam hari. Kami akan memiliki masalah ini untuk waktu yang lama,” terangnya.
(Susi Susanti)