WASHINGTON - Sejak 2013, diaspora Indonesia atau Warga Negara Indonesia (WNI) yang merantau ke luar negeri, Pepi Aprianti Utami menetap di Kyiv, Ukraina. Ketika terjadi invasi Rusia ke Ukraina, seniman kriya asal Bandung ini memutuskan tetap tinggal bersama suaminya yang berkewarganegaraan Ukraina, beserta mertuanya.
Berbagai pertimbangan dan situasi yang kerap berubah memang membuatnya panik. Namun, karena ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggal, Pepi akhirnya memutuskan untuk tidak mengungsi.
“Kalau saya keluar dari Ukraina itu bakal repot. Jadi saya harus stay di sana sampai semuanya beres. Dan udah gitu ya pertimbangannya lainnya, ya karena suami saya juga kan tidak bisa keluar (Ukraina) karena dia di usia yang aktif, yang bisa dimobilisasi, seperti itu ya,” ujar Pepi Aprianti Utami kepada VOA.
BACA JUGA: Putin Instruksikan Dinas Keamanan Rusia Perkuat Spionase dan Sabotase Terhadap Ukraina dan Barat
Namun, rasa stres dan cemas masih terus melanda pikiran Pepi. Sirene yang menandakan adanya serangan masih sering terdengar, begitu pula pemadaman listrik hingga berjam-jam yang kerap terjadi. Namun, Pepi beruntung karena musim dingin di Ukraina tahun ini tidak separah biasanya.
BACA JUGA: Serangan Drone di Dekat Moskow Diklaim Gagal, Diduga Targetkan Infrastruktur Sipil
“Biasanya (suhu) selalu lebih dari -10°C, -15, bahkan bisa -20. Tapi tahun ini paling dingin itu -5, -6, itu cuman kayak dua hari doang. Terus hangat lagi 4°C sampai 6. Untungnya sih itu ya, jadi energi listrik juga bisa lebih sedikit digunakan dan bisa jadi lebih efisien,” ceritanya.
Tahun lalu saat terjadi invasi, Pepi masih sempat berpikir bahwa situasi ini tidak akan berkepanjangan. Namun, kini ia mengaku telah jauh lebih siap dan siaga dalam menghadapi berbagai kemungkinan yang terjadi.