Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

2 Kapal Tenggelam, 29 Migran Meninggal di Lepas Pantai

Susi Susanti , Jurnalis-Senin, 27 Maret 2023 |08:53 WIB
2 Kapal Tenggelam, 29 Migran Meninggal di Lepas Pantai
29 migran meninggal akibat kapal tenggelam di lepas pantai (Foto: Reuters)
A
A
A

TUNISIA - Setidaknya 29 migran meninggal setelah setidaknya dua kapal tenggelam di lepas pantai Tunisia dalam hitungan jam antara satu kejadian dengan kejadian lainnya.

Para migran sub-Sahara itu diketahui mencoba menyeberangi Mediterania untuk mencapai Italia.

Ini adalah insiden yang terbaru dari serangkaian kapal migran yang terbalik di lepas pantai Tunisia dalam beberapa hari terakhir, dengan lima lainnya tenggelam dalam empat hari terakhir.

Insiden itu terjadi setelah Tunisia meluncurkan kampanye melawan migran Afrika yang tidak berdokumen.

Sementara itu, pejabat Italia di pulau Lampedusa mengatakan mereka kewalahan, setelah 2.500 migran tiba dalam 24 jam terakhir.

Perdana Menteri (PM) sayap kanan Italia, Giorgia Meloni, telah memperingatkan Eropa berisiko melihat gelombang besar pengungsi tiba di pantainya.

Seperti diketahui, Tunisia telah menjadi pusat bagi para migran yang ingin mencapai Eropa, dengan angka Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menunjukkan setidaknya 12.000 migran yang mendarat di pantai Italia tahun ini meninggalkan Tunisia. Angka itu hanya 1.300 pada periode waktu yang sama tahun lalu.

Menurut kantor berita Reuters, penjaga pantai Tunisia mengatakan mereka mengambil langkah-langkah untuk menghentikan penyeberangan migran, setelah menghentikan sekitar 80 kapal menuju Eropa dalam empat hari terakhir.

Ia juga mengatakan telah menahan lebih dari 3.000 migran.

Dalam pidato kontroversial bulan lalu, Presiden Tunisia menuduh migran Afrika sub-Sahara yang tinggal di negara itu menyebabkan gelombang kejahatan dan menggambarkan mereka sebagai ancaman demografis.

Komentar Kais Saied dikritik secara luas oleh Uni Afrika dan dikecam sebagai "ujaran kebencian rasis" oleh kelompok hak asasi manusia.

Komentar-komentar ini telah membuat beberapa orang Afrika sub-Sahara di Tunisia hidup dalam ketakutan, dengan beberapa mengatakan mereka telah melihat peningkatan insiden rasis.

Hal ini menyebabkan beberapa negara, seperti Pantai Gading dan Guinea, memulangkan warganya karena meningkatnya iklim intoleransi di Tunisia.

Perekonomian Tunisia sedang dalam keadaan miskin, dan menghadapi krisis setelah negosiasi dengan Dana Moneter Internasional (IMF) terhenti.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken juga memperingatkan bahwa Tunisia sangat membutuhkan untuk mencapai kesepakatan dana talangan atau bailout dengan IMF.

(Susi Susanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement