KIGALI - Setelah menghabiskan 23 tahun sebagai kepala negara, Presiden Rwanda Paul Kagame telah menyatakan keinginannya untuk mundur dan menyerahkan kekuasaan kepada pemimpin baru.
Kagame mengumumkan bahwa rencana suksesi saat ini sedang dalam diskusi aktif di dalam partai yang berkuasa. Dia membuat pernyataan tersebut saat jumpa pers bersama dengan mitranya Presiden Kenya, William Ruto, di Kigali.
Pemimpin berusia 65 tahun itu mengatakan bahwa pensiunnya itu adalah sesuatu yang "tak terhindarkan".
Kagame mengatakan dia tidak tertarik untuk memilih penggantinya. Namun, dia mengungkapkan keinginannya untuk menciptakan lingkungan yang akan melahirkan orang-orang yang bisa memimpin.
"Kami telah melakukan diskusi ini di dalam partai (yang berkuasa) kami sejak 2010 tetapi keadaan, tantangan, dan sejarah Rwanda cenderung mendikte hal-hal tertentu," katanya dalam laporan BBC.
Dia mengatakan pensiunnya adalah masalah yang harus dibahas "cepat atau lambat", menambahkan kepastiannya untuk menjadi jurnalis setelah mundur dari politik.
"Bergabung dengan jurnalisme di usia tua saya. Saya menantikannya," kata Kagame sebagaimana dilansir Africa News.
Komentarnya muncul beberapa hari setelah partai yang berkuasa di negara itu, Front Patriotik Rwanda (RPF-Inkotanyi), memilih wakil ketua wanita pertamanya.
Presiden Kagame mempertahankan posisi ketua. Ia memimpin partai itu sejak 1998.
Ini bukan pertama kalinya Kagame berbicara tentang pensiun. Pada Desember 2022, dia mengatakan tidak masalah menjadi warga lanjut usia biasa.
Pada 2015, referendum kontroversial di Rwanda menghapus batas konstitusional dua masa jabatan untuk presiden. Kagame yang berkuasa sejak tahun 2000 mampu mencalonkan diri untuk masa jabatan ketiga dan memenangkan pemilihan.
(Rahman Asmardika)