Deux merupakan warga Perancis, seorang penyewa tanah yang menjadi kaya raya karena bisnis pabrik gula. Deux menikah dengan putri Pakubuwono IV yang bergelar Raden Ajeng Adiningrum.
Setiap pergi kemanapun Deux selalu berpenampilan layaknya orang Jawa. Ia selalu mengenakan peci hitam, yakni yang dipakai lelaki Jawa, terutama saat ke masjid pada hari Jumat.
Bersama dengan itu, Gubernur Hindia Belanda Jenderal De Kock (1822-1830) mengeluarkan ultimatum kepada semua warga Kerajaan Yogyakarta untuk kembali bergabung dengan pemerintah kolonial dan melawan pemberontak (Diponegoro).
Pernyataan sekaligus peringatan terakhir itu dikeluarkan pada 26 September 1825. Ultimatum itu sampai ke telinga Bupati Pacitan Mas Tumenggung Jogokaryo I dan membuatnya gentar.
Karenanya begitu tiba di Pacitan, Womer dan Deux dengan mudah merebut kembali Pacitan. Perlawanan pasukan Diponegoro di bawah komando Amat Aris juga dengan mudah ditumbangkan.
Sebagai hukuman, jabatan Bupati Mas Tumenggung Jogokaryo I dipreteli. Kolonial Belanda melalui Residen Surakarta Hendrik Mauritz Mac Gillavry mencopot Mas Tumenggung Jogokaryo I dan sekaligus mengangkat Mas Sumodiwiryo (Putra sulung Mas Tumenggung Jogokaryo I) sebagai pengganti.