Beberapa hari sebelum kedatangannya, von der Leyen memberikan pidato yang sangat keras mengkritik Xi karena mempertahankan persahabatannya dengan Putin. Mengacu pada rencana perdamaian 12 poin China, dia menekankan bahwa rencana apa pun yang mengkonsolidasikan aneksasi Rusia "sama sekali tidak layak".
Dia juga mendorong konsep "de-risking", versi yang lebih moderat dari ide pemisahan AS dari China, di mana Eropa akan berbicara lebih keras dalam diplomasi, mendiversifikasi sumber perdagangannya, dan melindungi perdagangan dan teknologinya.
Dr Andrew Small, seorang rekan senior di think-tank German Marshall Fund, mengatakan bersama-sama, para pemimpin mewakili dua pemikiran Eropa yang cukup berbeda tentang China.
"Salah satunya adalah China yang memperdalam dukungan untuk Putin dalam perang, terutama dalam masalah bantuan mematikan. Mereka ingin mengatakan setidaknya bahwa itu akan merusak seluruh hubungan dengan Eropa,” terangnya, dikutip BBC.
“Tetapi dengan kedatangan Macron dengan delegasi besar termasuk para pemimpin bisnis, ada juga hubungan komersial dan ekonomi yang berlanjut bahkan di tengah-tengah ini... pesannya adalah Eropa dan Prancis masih ingin berbisnis,” lanjutnya.
Yang terpenting, von der Leyen berada di China atas undangan Macron.
Dr Small mengatakan ini akan memberikan kepastian bahwa mereka akan mempertahankan garus batas, tidak hanya untuk negara-negara anggota Uni Eropa (UE) yang skeptis terhadap pendekatan Macron ke Rusia dan China, tetapi juga untuk Amerika yang akan mengawasi dengan cermat.