Menurut dokumen itu, para pria bersenjata itu melakukan pelecehan seksual terhadap wanita dan mencuri barang-barang termasuk mobil.
“Di Khartoum, personel berseragam bersenjata, dilaporkan dari RSF, memasuki kediaman ekspatriat, memisahkan pria dan wanita dan membawa mereka pergi,” demikian bunyi laporan tersebut. Satu insiden pemerkosaan juga dilaporkan.
RSF membantah laporan tersebut, mengatakan kepada CNN dalam sebuah pernyataan bahwa “tidak akan pernah menyerang staf atau karyawan PBB mana pun. RSF sangat berhati-hati dalam menghormati hukum internasional.”
Pernyataan tersebut kemudian menyalahkan pihak lawan dalam pertempuran tersebut, yang dipimpin oleh pemimpin militer Sudan Abdel Fattah al-Burhan.
“Itu adalah cara baru yang putus asa dari pasukan pertempuran Burhan. Mereka memasok pakaian seragam RSF kepada orang-orangnya sehingga mereka dapat melakukan kejahatan terhadap warga sipil dan kedutaan dan kelompok lain termasuk PBB sehingga citra dan perspektif RSF dapat dirusak oleh semua orang, internasional dan lokal,” terang pernyataan itu.
Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) membantah pasukan mereka terlibat dalam pelanggaran tersebut dan merujuk pada pernyataan sebelumnya mengenai kejahatan terhadap kemanusiaan yang diduga dilakukan oleh pasukan RSF.