Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Masjid-Masjid Bersejarah di Tanah Betawi, Terekam Jejak Peninggalan Pasukan Mataram

Qur'anul Hidayat , Jurnalis-Minggu, 23 April 2023 |08:02 WIB
Masjid-Masjid Bersejarah di Tanah Betawi, Terekam Jejak Peninggalan Pasukan Mataram
Masjid Al Alam Marunda. (Foto: Dok Okezone.com)
A
A
A

PANGLIMA-panglima perang Kerajaan Mataram ternyata di samping prajurit yang gagah, juga merupakan juru dakwah yang andal. Mereka inilah yang membangun surau-surau di Jakarta, yang kelak menjadi masjid-masjid tua yang hingga kini dilestarikan keberadaannya.

Bukti sejarahnya, masjid tua peninggalan mereka masih berdiri di Jakarta hingga saat ini. Jejak mereka bisa dilihat di sebuah masjid di Marunda dan Tanah Abang.

Budayawan Betawi, Yahya Saputra mengatakan, ketika 80 ribu prajurit Mataram dua kali gagal menyerang Jakarta, mereka banyak yang menetap dan menyebar di berbagai tempat. Rupanya, semangat keagamaan para tumenggung Mataram ini tidak pernah surut.

Sejarawan Belanda, Dr F de Haan membenarkan bahwa Kampung Marunda di Cilincing pernah dijadikan sebagai salah satu markas pasukan Mataram saat hendak memasuki Batavia.

Di tepi pantai Marunda ini, pasukan Mataram di bawah pimpinan Tumenggung Bahurekso membangun sebuah masjid. Di samping tempat ibadah, Masjid Al-Alam dijadikan tempat menggembleng semangat para prajurit, sekaligus tempat mengatur serangan.

Masjid di pantai Marunda yang dahulunya merupakan surau, hingga kini masih terlihat kekunoannya sekalipun telah beberapa kali dipugar. Pada masa revolusi fisik (1945), dari masjid ini kembali dikumandangkan semangat jihad fisabillah oleh para ulama dan pejuang. Daerah Marunda bahkan sangat dibanggakan dalam perjuangan melawan Belanda.

Di antara masjid yang dibangun oleh para pangeran dari Kerajaan Islam Mataram ini terdapat pula Masjid Al-Mansyur di Kampung Sawah, Kelurahan Tambora, Jakarta Barat. Masjid ini dibangun pada 1717 oleh Abdul Mihit, putra Pangeran Cakrajaya, sepupu Tumenggung Mataram.

"Keberangkatannya dari Mataram ke Batavia dalam rangka membantu rakyat untuk menentang penjajahan Belanda. Di masjid inilah keturunan bangsawan dari Mataram melakukan pembinaan mental dengan menekankan semangat menentang penjajahan," ucap Yahya.

Pada tahun 1947/1948 masjid ini pernah ditembaki dan digerebek tentara NICA (Belanda). Selain itu, pimpinan masjid, KH Mohamad Mansyur, dengan berani mengibarkan bendera Sang Saka Merah Putih di puncak menaranya.

Ulama pejuang ini kemudian digiring ke hoofbureu atau markas polisi kolonial. Untuk menghormati ulama pejuang ini, maka masjid itu dinamakan 'Masjid Jami Al-Mansyur.'

Masjid lainnya yang dibangun oleh para bangsawan Kesultanan Mataram adalah Masjid Al-Makmur, yang letaknya sekitar 100 meter dari Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat yang sampai kini tetap hiruk-pikuk.

Masjid yang cukup megah dan dapat menampung sekitar 3.000 jamaah ini, merupakan masjid tertua di kawasan Tanah Abang, yang penduduknya dikenal taat beribadah. Awalnya, masjid tersebut hanyalah sebuah surau yang sangat sederhana, luasnya hanya 12X8 meter. Baru diperluas menjadi masjid pada 1760.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement