WASHINGTON – Amerika Serikat (AS) telah menyaksikan 201 penembakan massal dalam 128 hari pertama tahun 2023, kata sekretaris pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre dalam jumpa pers pada Senin, (8/5/2023) mengutip "laporan terkemuka."
Penembakan massal pada Sabtu, (6/5/2023) di sebuah mal outlet di Allen, Texas, yang menyebabkan delapan orang tewas dan tujuh lainnya luka-luka, diduga menandai penembakan massal ke-201 di AS tahun ini.
"Perkiraan yang dapat dipercaya menunjukkan bahwa lebih dari 14.000 orang tewas tahun ini akibat kekerasan senjata. Ini adalah krisis. Ini adalah krisis yang ditolak oleh Partai Republik di Kongres," kata Jean-Pierre sebagaimana dilansir RT.
Dia meminta Kongres untuk meloloskan langkah-langkah pengendalian senjata yang sebelumnya gagal mendapatkan dukungan legislatif bipartisan, menyalahkan Partai Republik atas gelombang kekerasan yang menurutnya melanda negara.
Dia mengatakan bahwa Kongres harus melarang senjata serbu dan magasin berkapasitas tinggi, menghilangkan kekebalan hukum bagi produsen senjata, mewajibkan "penyimpanan aman" senjata dan amunisi, dan memberlakukan pemeriksaan latar belakang universal. Dia juga menyesalkan bahwa Presiden Joe Biden telah mengeluarkan dua lusin perintah eksekutif membatasi penjualan dan penggunaan senjata api, namun Kongres belum menanggapi dengan undang-undang kontrol senjatanya sendiri.