Ribuan orang telah meninggalkan rumah mereka di wilayah barat laut Sagaing saat tentara memasuki desa-desa di bawah perlindungan topan.
"Hujan turun sejak 12 Mei, kami lari dari aliran sungai yang meluap," kata seorang penduduk di kotapraja Kani di kawasan itu kepada BBC.
"Tentara juga meninju. [Warga] lebih takut bahaya tentara daripada bahaya badai,” lanjutnya.
Penduduk setempat yang berbicara dengan BBC memperkirakan bahwa sekitar 15.000 penduduk dari kotapraja Kani dan Khin Oo terkena dampak serangan militer dalam dua hari terakhir. Mereka mengatakan seorang anak laki-laki berusia empat tahun di desa Inpa menerima perawatan medis setelah terkena peluru.
"Myanmar menghadapi badai di banyak lini, dengan laporan bahwa tentara Myanmar menyerang desa-desa di wilayah lain sementara Topan Mocha menyebar di negara bagian Rakhine. Kebutuhan keluarga terus meningkat," ungkap LSM Partners Relief & Development, yang bekerja di wilayah yang terkena badai yang menghantam negara bagian Rakhine, dalam sebuah posting Twitter pada Selasa (16/5/2023).
Komunitas di Sagaing telah memberikan perlawanan terkuat terhadap militer. Divisi ini juga menampung sejumlah besar milisi anti-kudeta, yang dikenal sebagai Pasukan Pertahanan Rakyat.