Kelompok tersebut mengatakan telah menerima informasi bahwa Abuduwaili berada dalam "daftar pantauan" warga Uighur dan Muslim lainnya dari wilayah barat laut Xinjiang, yang telah melakukan perjalanan ke luar China.
Amnesty mengatakan telah mencatat banyak kasus Uighur yang ditahan di China dan luar negeri hanya berdasarkan riwayat perjalanan ke luar negeri.
“Nasib Abuduwaili Abudureheman yang tidak diketahui sangat mengkhawatirkan, mengingat latar belakang kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan terhadap warga Uighur oleh pemerintah China di Xinjiang, dan pengejaran berkelanjutan terhadap warga Uighur yang telah melakukan perjalanan ke luar negeri,” kata Alkan Akad, seorang peneliti Amnesty, dikutip BBC.
Pemantau hak asasi manusia Amerika Serikat (AS), Inggris, dan internasional menuduh Beijing menahan sekitar satu juta orang Uighur di apa yang disebut "kamp pendidikan ulang" di Xinjiang, memisahkan anak-anak dari keluarga mereka dan melanggar tradisi budaya mereka.
Wilayah ini juga diselimuti jaringan pengawasan yang luas, termasuk polisi, pos pemeriksaan, dan kamera yang memindai semuanya mulai dari pelat nomor hingga wajah individu.
China juga dituduh menargetkan tokoh Muslim dan melarang praktik keagamaan di Xinjiang, serta menghancurkan masjid dan makam.