PAKAR memperingatkan bahwa kecerdasan buatan (artificial Intelligence/AI) dapat menimbulkan ancaman yang lebih besar daripada pandemi Covid-19, bahkan dapat berisiko memusnahkan umat manusia.
Dan Hendryckys, Direktur Center For AI Safety (CAIS) mengatakan bahwa AI dapat mengambil "banyak jalur" menuju "risiko sosial", bahkan mungkin mulai membunuh jika menyadari bahwa manusia memiliki kemampuan untuk mematikan AI.
Hendryckys memperkirakan bahwa AI dapat melakukan ini dengan mengakses bahan dan alat yang diperlukan untuk membuat "senjata biologis" yang direkayasa secara genetik. Ini, menurutnya, akan "lebih menghancurkan daripada pandemi apa pun" yang bertahan di dunia.
"Atau, aktor jahat dapat dengan sengaja melepaskan AI jahat yang secara aktif berusaha untuk menyakiti umat manusia,” kata Hendryckys sebagaimana dilansir Mirror.
"Jika AI semacam itu cukup cerdas atau mampu, itu dapat menimbulkan risiko yang signifikan bagi masyarakat secara keseluruhan."
Salah satu sumber industri teknologi mengatakan masuk akal untuk meyakini bahwa AI dapat memesan alat yang diperlukan untuk membuat virus secara online, merekayasanya, dan menyebarkannya ke dunia.
Menggambarkan senjata biologis, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan: "Senjata biologis dan toksin adalah mikroorganisme seperti virus, bakteri atau jamur, atau zat beracun yang diproduksi oleh organisme hidup yang diproduksi dan dilepaskan dengan sengaja untuk menyebabkan penyakit dan kematian pada manusia, hewan atau tanaman.
"Serangan yang melibatkan agen biologis dapat meniru peristiwa alam, yang dapat mempersulit penilaian dan respons kesehatan masyarakat.
"Dalam kasus perang dan konflik, laboratorium patogen dengan ancaman tinggi dapat menjadi sasaran, yang dapat menyebabkan konsekuensi kesehatan masyarakat yang serius.
"Senjata biologis merupakan bagian dari kelas senjata yang lebih besar yang terkadang disebut sebagai senjata tidak konvensional atau senjata pemusnah massal, yang juga mencakup senjata kimia, nuklir, dan radiologis.
"Penggunaan agen biologis menjadi perhatian serius, dan risiko penggunaan agen ini dalam serangan teroris dianggap meningkat."
Michael Wooldridge, profesor ilmu komputer di Universitas Oxford mengatakan bahwa skenario "mudah dibayangkan" di mana AI dapat menggunakan teknologi manusia yang ada untuk memusnahkan penciptanya.
Ada juga kekhawatiran di antara para ahli AI dapat mengakses teknologi nuklir dan memerangi perubahan iklim untuk memusnahkan populasi manusia.
Akhir bulan lalu ratusan tokoh, termasuk pakar, peneliti, dan pemimpin industri teknologi menandatangani surat yang menyerukan untuk menjadikan upaya "mengurangi risiko kepunahan AI sebagai prioritas global bersama dengan risiko skala sosial lainnya seperti pandemi dan perang nuklir."
(Rahman Asmardika)