Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah Belanda Beri Sultan Amangkurat I Barang Mewah dan Langka Usai Berdamai

Avirista Midaada , Jurnalis-Senin, 05 Juni 2023 |05:26 WIB
Kisah Belanda Beri Sultan Amangkurat I Barang Mewah dan Langka Usai Berdamai
Ilustrasi (Foto: Ist)
A
A
A

PERDAMAIAN yang diupayakan Kerajaan Mataram terhadap Belanda disambut baik. Kedua kubu akhirnya sepakat bertemu usai peperangan di Batavia semasa Kesultanan Mataram dipimpin Sultan Agung.

Penguasa Mataram Sultan Amangkurat I konon disebut lebih luwes terhadap Belanda. Hal ini berbeda ketika Mataram di bawah kekuasaan ayahnya yang membuat dua kali serangan ke Batavia, markas Belanda di Nusantara.

Setelah perdamaian terwujud kedua kubu sepakat saling bertukar pikiran 'cenderamata'. Kubu Belanda sebagaimana dikisahkan H.J. De Graaf pada "Disintegrasi Mataram : Di bawah Mangkurat I" membebaskan para tawanan dari Mataram, termasuk beberapa ulama yang ikut berperang.

Di sisi lain Mataram juga memberikan kado berlimpah ke Belanda berupa harta kekayaan alam, membayar sejumlah uang, dan empat butir intan yang indah. Tetapi Belanda bukanlah kurang akal, dengan taktiknya pemerintah kompeni menjanjikan penghormatan khidmat kepada Mataram.

Tak lupa pemerintah kolonial juga bersedia memesan dan memberikan pakaian serta barang-barang langka nan mewah untuk Sultan Amangkurat I penguasa Mataram dan Tumenggung Wiraguna yang diutus berunding dengan Belanda.

Karena janji tersebut belakangan ini sebenarnya dapat diartikan sebagai penghormatan beserta persembahan setiap hadiah-hadiah yang mahal setiap tahun, maka pada pertemuan di Batavia kali ini pastilah sudah ada serba sedikit tukar pikiran tentang syarat- syarat perdamaian yang akan datang.

Di Teluk Semarang-lah dilaksanakan penukaran tawanan, dan pengembalian uang yang disita. Kesempatan itu pasti dilanjutkan dengan pembicaraan tentang syarat-syarat perdamaian. Paling tidak pada tanggal 24 September 1646 muncul di Pertemuan Tingkat Tinggi sebuah perutusan Mataram baru yang menyampaikan seberkas lengkap syarat-syarat perdamaian.

Dua anggota perutusan itu memakai nama Arab, yaitu Abdul Latif, syahbandar Jepara, dan intche (atau encik) Kodrat, yang ketiga bernama Martasara. Di mana, syarat-syarat perdamaian yang disepakati merupakan hasil perundingan di istana pada sekitar Agustus 1646.

(Arief Setyadi )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement