LONDON – Air laut dalam di Antartika memanas dan menyusut, dengan potensi konsekuensi yang luas untuk perubahan iklim dan ekosistem laut dalam.
Hal ini terungkap menurut penelitian British Antarctic Survey (BAS) yang diterbitkan pada Senin (12/6/2023).
"Air dasar Antartika" adalah air terdingin dan paling asin di planet ini. Perairan ini memainkan peran penting dalam kemampuan laut untuk bertindak sebagai penyangga terhadap perubahan iklim dengan menyerap kelebihan panas dan polusi karbon yang disebabkan oleh manusia. Perairan ini juga mengedarkan nutrisi melintasi lautan.
Tapi di Laut Weddell, di sepanjang pantai utara Antartika, massa air vital ini menurun, karena perubahan angin dan es laut dalam jangka panjang.
Para ilmuwan menggunakan data puluhan tahun yang diambil oleh kapal dan juga dari satelit untuk menilai volume, suhu, dan tingkat keasinan potongan Samudra Antartika yang dalam ini.
“Beberapa bagian ini pertama kali dikunjungi sejak tahun 1989, menjadikannya beberapa wilayah dengan sampel paling komprehensif di Laut Weddell,” terang Povl Abrahamsen, Ahli kelautan fisik di BAS dan rekan penulis, dalam sebuah pernyataan.
Mereka menemukan bahwa volume air dasar yang dingin telah menyusut lebih dari 20% selama tiga dekade terakhir. Mereka juga menemukan bahwa perairan laut yang lebih dalam dari 2.000 meter (6.600 kaki) telah menghangat empat kali lebih cepat daripada lautan global lainnya.
“Dulu kami berpikir bahwa perubahan di laut dalam hanya bisa terjadi selama berabad-abad. Tetapi pengamatan kunci dari Laut Weddell ini menunjukkan bahwa perubahan di jurang yang gelap dapat terjadi hanya dalam beberapa dekade,” kata Alessandro Silvano dari University of Southampton di Inggris, salah satu penulis studi tersebut, dalam sebuah pernyataan.
Penemuan itu menyatakan alasan penyusutan perairan dalam ini adalah karena perubahan pembentukan es laut yang disebabkan oleh melemahnya angin.
Angin yang lebih kencang cenderung mendorong es menjauh dari lapisan es, yang membuat area perairan terbuka untuk terbentuknya lebih banyak es.
Menurut penelitian tersebut, angin yang lebih lemah berarti celah ini lebih kecil dan memperlambat pembentukan es laut.
Es laut baru sangat penting untuk menciptakan air asin yang sangat dingin di Laut Weddell. Saat air membeku, air akan mendorong keluar garam dan saat air asin lebih padat, air asin tenggelam ke dasar lautan.
Perubahan di perairan dalam ini dapat memiliki konsekuensi yang luas.
Silvano mengatakan perairan dalam adalah bagian penting dari sirkulasi laut global, mengangkut polusi karbon yang disebabkan manusia ke laut dalam di mana ia bertahan selama berabad-abad.
“Jika sirkulasi dalam ini melemah, lebih sedikit karbon yang dapat diserap oleh laut dalam, membatasi kemampuan laut untuk mengurangi pemanasan global,” kata Silvano kepada CNN.
Lautan telah menyerap lebih dari 90% kelebihan panas dunia sejak tahun 1970-an dan menyerap hampir sepertiga polusi karbon yang dihasilkan manusia.
Air yang dingin dan padat ini juga berperan penting dalam memasok oksigen ke perairan laut dalam.
“Bagaimana dan apakah ekosistem dalam dapat beradaptasi dengan lebih sedikit oksigen itu tidak jelas,” lanjutnya.
Holly Ayres, seorang peneliti di departemen meteorologi di Reading University di Inggris yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, mengatakan bahwa penelitian BAS merupakan langkah maju dalam pengetahuan kita tentang air laut dalam di Antartika.
“Menggabungkan pengamatan berbasis kapal dan data satelit selama beberapa dekade merupakan lompatan besar dalam pemahaman kita tentang proses pembentukan, dan mungkin membantu dalam pemahaman kita tentang bagaimana dasar air Antartika akan terbentuk di masa depan,” terangnya kepada CNN.
Sementara perubahan yang diidentifikasi studi adalah hasil dari variabilitas iklim alami, perubahan iklim juga berdampak pada perairan dalam Antartika.
Dalam sebuah studi pada Maret lalu, para ilmuwan menemukan bahwa pencairan es mengencerkan rasa asin lautan dan memperlambat sirkulasi air laut dalam di Antartika. Kegagalan untuk membatasi polusi yang memanaskan planet dapat menyebabkan runtuhnya sirkulasi air laut dalam, dengan konsekuensi yang berpotensi merusak iklim dan kehidupan laut.
Shenjie Zhou, seorang ahli kelautan di BAS dan penulis utama studi tersebut, mengatakan kepada CNN jika studi baru BAS adalah ‘peringatan dini’.
“Perubahan yang sedang berlangsung di lapisan air dalam di Antartika sudah terjadi dan tidak mengarah ke arah yang kita inginkan,” terangnya.
(Susi Susanti)