Sang ibu bukannya senang malah kaget bukan kepalang ketika mendapati putra bungsunya di ambang pintu dengan keadaan compang-camping.
“Apa-apaan ini?,” cetus Nelly Mogot yang kaget melihat putranya, sebagaimana dikutip dari buku ‘Kolonel AE Kawilarang: Panglima Pejuang & Perintis Kopassus’ karya Hikmat Israr terbitan 2010.
Usai Kawilarang bersih-bersih dan berganti pakaian, sang ibu yang cemas akan nyawa anaknya justru menyuruhnya kembali ke kamp tahanan Jepang.
“Kamu bisa ditembak mati kalau tertangkap lagi. Ayo, kembali saja ke sana,” kata sang ibu.
Lain hal dengan sang ayah yang sudah lebih paham akan maksud putranya untuk kabur dari Bandung. Ia meminta putranya untuk tetap kabur.
Usai mendengarkan rencana Kawilarang untuk lebih dulu ke Lengkong menemui seorang famili dan kemudian ke Jakarta, sang ayah menyetujui.
“Selamat, selamat! Kalau ada jalan, beri tahu kami, di mana kamu berada. Selamat!,” kata sang ayah yang kemudian memeluk Kawilarang sebelum putranya pergi lagi.
“Selamat tinggal Mam, Ayah. Doakan Alex!,” cetus Kawilarang yang kala itu tidak tahu bahwa kalimat tersebut jadi kata-kata terakhirnya untuk sang ayah yang meninggal beberapa waktu kemudian.