 
                Antara tahun 1803-1810 Pulau Onrust 3 kali digempur oleh Inggris, dan terakhir pada tahun 1810 armada Inggris yang dipimpin oleh Admiral Edward Pellow menghancurkan sarana dan prasarana Pulau Onrust.
Ketika Inggris hengkang pada 1816, maka yang ditinggalkan adalah kehancuran. Sejak itu nama pulau Onrust seperti sudah dilupakan orang.
Pada 1848 mulailah Pulau Onrust dan sekitarnya oleh Belanda difungsikan kembali menjadi pangkalan Angkatan Laut. Namun prasarana ini kembali hancur akibat gelombang tidal yakni etusan Gunung Krakatau pada 1883.
Sebelumnya, pada 1827 atas order Van der Capellen, Onrust dicoba dibangkitkan kembali. Tetapi orang sudah mulai melirik tempat lain yaitu Pelaboehan Tanjoeng Priok (1877-1883)
Adalah Toewan Twijsel seorang mantan pegawai Kompeni dari pulau Muntok (Bangka) yang tergolong konglomerat pulau yang menguasai erfpacht (ijin mengeksploitasi pulau).
Dengan sewa yang murah (cuma 8 hari kerja), entoch tender HPP (Hak Penguasaan Pulau), tiap tahun jatuh ke Twijsel. Menurut sinyalemen miring, Twijsel memberikan upeti cukup besar kepada para pembesar kompeni sehingga lelang terbuka atas kepulauan seribu tidak pernah dilakukan, selalu main kontrak dibawah tangan.
"Kita berharap gubernemen jangan pilih kasih erfpacht secara bawah tangan kepada toean Twujsel, tetapi sebaiknya di lakukan pelelangan didepan orang banyak, sehingga siapa yang menawar dengan harga tinggi yang memperoleh hak itu,” tulis koran Bintang Betawi merespons masalah itu pada kala itu.